Kamis, 03 Februari 2022

KISAH PENGALAMAN HIDUP: AKU & BAHASA ARAB (23)

 📒 KISAH PENGALAMAN HIDUP: AKU & BAHASA ARAB (23)



✍️ MENGAJAR


Ilmu akan semakin melekat kuat kalau dimuroja'ah. Sebaliknya, ilmu akan mudah terlupakan jika tidak diulang2.


Saya pernah mengalami, beberapa kaidah Nahwu Shorof lenyap dari ingatan. Padahal saya pernah mempelajarinya.  Penyebabnya karena saya sudah tak pernah buka2 lagi buku pelajaran bahasa Arab. Kesibukan lain telah membuat saya harus menyimpan buku2 bahasa Arab saya, dan tidak membacanya lagi.


Banyak cara tentunya yang bisa kita lakukan untuk mengulang kembali apa yang sudah kita pelajari selama ini. Misalnya, dengan membaca kembali buku2 yang sudah kita pelajari. Atau, dengan membaca materi yang sama dari banyak buku. 


Namun, dari beberapa cara muroja'ah yang pernah saya lakukan, yang paling bagus menurut saya adalah muroja'ah dengan cara MENGAJAR. Kenapa demikian?


Sebab, dengan mengajar, berarti kita sedang mengulang2 ulang ilmu yang pernah kita pelajari. Kemudian biasanya, sebelum mengajar, kita akan melakukan persiapan. Terkadang kita harus buka banyak referensi untuk persiapan mengajar. Dengan begitu, disamping kita semakim paham, wawasan kita juga jadi berrambah. 


Terkadang juga, saat mengajar, ada saja pertanyaan siswa yang jawabannya harus kita cari dulu di berbagai referensi. Kadang harus buka2 internet dulu untuk mencari jawaban yang memuaskan. 


Nah, inilah alasan kenapa mengajar itu bagus untuk dijadikan sarana muroja'ah. Silakan kawan2 coba.


*****


Saya sudah lupa, kapan awal kali mengajar bahasa Arab. Seingat saya, ketika awal2 belajar bahasa Arab sekitar tahun 2000-an, sempat beberapa kali mengajar.  Tapi tidak rutin. Sesekali saja.


Saya baru mulai mengajar rutin setelah pulang dari mengikuti dauroh bahasa Arab selama sekitar sebulanan di Gresik Jawa Timur. Seringnya saya mengajar untuk kawan2 mahasiswa IPB di daerah Dramaga. Waktu itu juga saya memang tinggalnya di daerah Kampus IPB Dramaga. 


Kitab panduan yang sering saya gunakan adalah kitab Al-Muyassar fi Ilmin Nahwi karya Al- Ustadz Aceng Zakariya hafizhahuhullah. Saya pilih kitab ini karena ringkas, sehingga cocok untuk pemula yang baru belajar bahasa Arab. Cara penyusunan kitabnya menurut saya juga bagus. Mudah dipahami. 


Selain kitab Al-Muyassar, saya juga pernah mengajarkan kitab Mulakhosh. Namun seringnya saya pakai kitab Al-Muyassar. Sebab, kebanyakan orang yang saya ajarkan bahasa Arab masih pemula. Sehingga tentu saja kitab yang saya gunakan adalah kitab dasar yang cocok untuk pemula. Adapun kitab Mulakhos digunakan untuk tingkat lanjutan. 


*****


Dari beberapa kali mengajar, seingat saya, baru dua kali bisa selesai membahas kitab Al-Muyassar dari awal sampai akhir. Sisanya, selalu berhenti di tengah jalan. Kadang baru sampai setengah kitab, majelis pun bubar. Banyak hal yang menyebabkan pembelajaan tidak sampai selesai.


Saya waktu itu belum mendapati kitab yang cocok untuk pemula selain kitab Al-Muyassar.  Makanya, kitab ini yang selalu saya ajarkan. Sayangnya, kitab ini masih berbahasa Arab. Sehingga perlu guru untuk mengajarkannya.


Kalau siswa saya tidak hadir, maka dia tidak bisa baca2 sendiri kitab Al- Muyassar di rumahnya. Dan kalau dia tidak berusaha mengejar materi yang tertinggal, maka dia akan kesulitan untuk mengikuti materi berikutnya. 


Sebab, materi bahasa Arab itu saling berkaitan. Kalau materi sebelumnya kita tidak paham, maka kita akan sulit untuk memahami materi berikutnya. 


Ini juga yang menjadi sebab banyak majelis pembelajaran bahasa Arab tidak awet. Siswanya tidak semua bisa rutin hadir. Kalau sudah tidak hadir sekali dua kali, biasanya nanti ujung2nya dia akan berhenti belajar. Karena siswa yang belajar semakin berkurang, akhirnya majelis pun biasanya dibubarkan.


Kenyataan ini banyak dijumpai dimana2. Saya sendiri pernah mengalaminya beberapa kali. Baik ketika saya berposisi sebagai pelajar atau sebagai pengajar. 


Ketika itu, saya berifikir begini. Gimana caranya supaya para siswa tetap bisa belajar bahasa Arab meskipun tidak hadir di kelas. Mereka bisa baca dan pahami sendiri lewat buku panduan. Jadi, meskipun mereka tidak hadir di kelas, mereka tetap bisa mengikuti pelajaran dengan baik. 


Akhirnya, muncul ide untuk menulis buku panduan belajar bahasa Arab yang bisa dengan mudah dipelajari secara otodidak. Lahirlah kemudian SERIAL KITAB FAHIMNA (10 JILID).


Bagaimana proses penulisanya?


Simak kisah berikutnya 😄


Bersambung...


@MuhammadMujianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar