Minggu, 20 September 2020

JANGAN JADI PENULIS (BAG-2)

 

✏ JANGAN JADI PENULIS! (2-Selesai)


@MuhammadMujianto


Apa yang kemudian saya lakukan?


Saya pun langsung menulis. Alhamdulillah, selama ini saya sudah banyak baca teori tentang menulis buku. Jadi, bukanlah suatu hal yang sulit bagi saya untuk menulis buku. Sebab, saya sudah tau triknya.


Dan apa yang ingin saya tulis idenya sudah ada di kepala. Tinggal dituangkan saja dalam bentuk tulisan. Waktu itu

puluhan ide judul buku sudah saya siapkan. Ada catatannya di buku kecil yang biasa saya kantongin ke mana-mana.


Hampir semua buku yang saya tulis adalah buku agama. Sebab memang selama ini saya banyak bacanya buku-buku agama. Namun tentu saja, pembahasannya yang ringan sesuai kemampuan. 


Dalam menulis buku, saya tidak menggunakan nama asli. Saya lebih nyaman menggunakan nama samaran. Waktu itu, saya memilih nama pena "Abdul Jabbar" untuk dicantumkan di cover buku yang saya tulis.


***


Ternyata menulis buku nggak jauh beda dengan menulis di media. Kita juga harus sering-sering menunggu. Bahkan terkadang, masa menunggunya jauh lebih lama.


Ada penerbit buku yang minta waktu 3 bulan untuk mengkaji naskah kita. Ada yang 2 bulan. Dan ada juga yang sudah berbulan-bulan tidak juga memberi kabar.


Sekarang coba bayangkan! Kita nunggu naskah diterima atau tidak misalnya 3 bulan. Setelah 3 bukan kadang ditolak. Kalaupun diterima, kita harus menunggu beberapa bulan lagi agar naskah naik cetak. 


Nah, selama proses menunggu, dari mana kita dapat uang untuk biaya hidup kalau hanya mengandalkan dari tulisan?


Sungguh berat bagi seorang penulis pemula yang ekonominya pas-pasan dan tidak punya kerja sampingan.


Banyak suka-dukanya dalam menulis buku. 


Sukanya?


Diantara sukanya, pernah dalam waktu hanya beberapa hari saja saya dapat telpon dari penerbit yang berniat menerbitkan naskah saya. Pernah juga dalam waktu 3 bulan buku saya terjual lebih dari 2000-an eksemplar dan saya dapat royalti lumayan besar. Seingat saya sebesar 2.700.000-an. Lumayan buat makan 3 bulan bagi bujangan yang belum punya tanggungan.


Pernah juga tanpa diduga ada royalti masuk ke rekening. Padahal waktu itu memang sedang butuh uang. Rezeki tak disangka!


Namun tentu yang paling saya suka adalah ketika melihat naskah saya sudah berubah jadi buku dengan kover yang indah. Rasanya gimanaa gitu! Senang tiada terkira. Mungkin seperti orang tua yang melihat anak pertamanya lahir. Bahagia rasanya.


Dukanya?


Banyak juga. Pernah saya dihubungi penerbit yang katanya mau menerbitkan buku saya. Katanya saya mau diberi uang DP sekitar 1 juta. Tapi sekitar 1-2 bulan kemudian dibatalkan. 


Pernah juga royalti tidak diberikan tepat waktu. Ditagih-tagih dulu baru ditransfer. Dan ada juga penerbit yang sampai sekarang menghilang tidak jelas. Padahal buku saya masih ada pada mereka. Masih dijual.


DLL (Dan Lupa Lagi).


Jelas, menulis memang bisa menghasilkan uang, sehingga bisa kita jadikan sebagai alternatif pekerjaan. Namun, kita juga harus menyadari siapa diri kita. 


Memang, ada beberapa orang yang beruntung. Sekali bukunya diterbitkan langsung best seller dan menghasilkan uang ratusan juta hingga milyaran. Namun, jumlah mereka amat sangat sedikit sekali dibanding dengan penulis yang harus susah payah berjuang agar tulisannya bisa dihargai. 


Makanya, sekali lagi saya nasihatkan. Kalau kita bukan siapa-siapa (bukan orang terkenal), kondisi ekonomi pas-pasan, tidak ada penghasilan dari tempat lain, saya nasihatkan: Jangan Jadi Penulis!


Cari pekerjaan lain yang jelas bisa menghasilkan dalam waktu cepat. Adapun menulis, bisa kita lakukan di sela-sela kesibukan mencari nafkah.


Namun, tak bisa dipungkiri, menulis itu banyak manfaatnya sekaligus sangat menyenangkan. Kita bisa menumpahkan unek-unek yang ada di kepala kita. Kita juga jadi tergerak untuk semangat belajar dan banyak membaca. 


Pernah ketika ingin menulis sebuah tema, saya kumpulkan banyak buku dan artikel terkait tema yang hendak saya tulis. Wawasan saya jadi bertambah. Banyak pengetahuan baru yang saya dapat.


Dari sisi agama juga lebih besar lagi manfaatnya. Jika tulisan kita berisi ilmu yang bermanfaat, selagi bisa mencerahkan orang, insya Allah kita akan terus mendapatkan pahala. Meskipun kita sudah tiada. Pahala mengalir akan kita dapat. Tentunya jika kita menulisnya dengan ikhlas.


Sehingga, bagi Anda yang saat ini:


- Punya penghasilan yang jelas.

- Punya ilmu yang ingin disampaikan.

- Ada waktu luang

- Bisa menulis (Minimal pernah sekolah SD)


Jadilah PENULIS!


Tulis apa yang Anda ingin tulis. Lakukan di sela-sela aktifitas harian Anda. Bisa nulis risalah ringkas atau buku. Bisa untuk dikirim ke media atau cukup dishare lewat FB, WA, Blog, dll.


Tulislah hal-hal bermanfaat yang Anda tahu dan faham. Bisa tentang pertanian, peternakan, perikanan, bisnis, pendidikan, keluarga, fisika, kimia, matematika, komputer, agama, dll. 


Tapi ingat!


Jangan menulis sesuatu yang bisa mendatangkan dosa atau mengajak pada kejelekan. Misalnya, mengajak orang untuk saling membenci atau berbuat dosa. Sebab hal ini berpotensi untuk membuka kran dosa bagi Anda. Bisa jadi Anda akan terus dapat kiriman dosa meski jasad Anda telah terkubur dalam tanah. Sebab Anda telah meninggalkan jejak hitam yang masih diikuti orang.


Yaah...


Demikian ceritanya. Kalau mau didetailkan bisa jadi buku tebal nantinya.


Semoga yang sedikit ini bermanfaat dan bisa mencerahkan.


Sekarang terserah Anda.


Mau jadi penulis saja mangga...


Mau jadi penulis sambilan juga silakan....


Mau nggak jadi penulis juga tafadhol....


Anda bebas menentukan pilihan.


Semoga bermanfaat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar