Jumat, 18 September 2020

ROYALTI MENULIS BUKU

 


✍️ ROYALTI MENULIS BUKU

Saya pernah -bahkan sering- mengalami masa-masa kritis saat masih aktif menulis buku. Diantaranya pernah waktu itu, naskah yang saya kirim ke penerbit belum ada satupun yang diterima. Sementara uang saya sudah banyak keluar untuk biaya menulis buku. Saat itu saya sangat butuh suntikan dana. Saya juga butuh motivasi dan energi untuk bisa terus menulis buku.


Tiba-tiba di siang hari,

HP saya berbunyi. Nomer tak dikenal terlihat di layar. Saya pun langsung mengangkatnya.


“Halo… Assalamu’alaikum…. “


“Wa’alaikumussalam….”


“Benar ini nomer Mas Mujianto alias Abdul Jabbar?”


“Ya, betul..”


“Saya dari Penerbit Samudera Solo tertarik untuk menerbitkan buku Antum yang tentang Rokok… Kami menawarkan sistem kerjasama beli putus atau royalti…. Silakan mau pilih mana?”.


“Kalau beli putus berapa dan kalau royalti berapa persen?” tanya saya.


“Kalau beli putus Rp. 700.000,- dan kalau royalty 5% dari harga jual buku di pasaran”.


Demikian kurang lebih percakapan saya dengan fihak penerbit via telpon. Dan saya kemudian memilih untuk mengambil kerjasama bentuk royalti.


***


Bagi saya menulis buku bukanlah perkara yang sulit. Selama temanya saya kuasai dan fahami dengan baik, maka insya Allah saya bisa menuliskannya jadi buku dengan waktu yang tidak terlalu lama. Buktinya, dalam waktu beberapa bulan saja, saya bisa menulis cukup banyak buku. Belasan buku berhasil saya tulis.


Yang sulit menurut saya itu adalah dua hal: Pertama, menembus tembok tebal penerbit buku. Kedua, menjadikan buku kita berpredikat “best seller”. Dua hal inilah yang paling sulit bagi saya.


Buktinya, belasan naskah buku saya ditolak oleh penerbit. Dan buku saya yang sudah terbit, tidak ada satu pun yang berpredikat best seller. Penjualannya biasa-biasa saja.


Yang paling bagus penjualannya (dari ke-5 buku saya yang pernah terbit) adalah penjualan buku pertama saya yang berjudul “Ngerokok Bikin Kamu Kaya”. Tiga bulan pertama penjualannya habis terjual sekitar 3000 eksemplar. Oleh penerbit, buku ini dicetak sebanyak 5000 eksemplar sekali cetak.


Kemudian, buku pertama saya ini bisa dibilang buku paling berkesan bagi saya. Kenapa? Ada beberapa alasan: Pertama, buku ini adalah buku pertama saya yang berhasil menembus tembok tebal penerbit buku. Kedua, buku diterima penerbit dalam waktu tidak terlalu lama. Seingat saya, tidak sampai seminggu dari semenjak saya mengirim naskah. Jadi saya tidak perlu menunggu lama.


Ketiga, cover bukunya bagus. Saya suka dengan pemilihan warnanya. Keempat, penjualannya lumayan bagus. Kelima, buku ini terbit di saat kondisi ekonomi saya sedang kritis. Keenam, buku ini dijual di toko buku besar seperti Gramedia dan Gunung Agung, yang menunjukkan buku ini terjual di seluruh Indonesia. Ketujuh, saya pernah melihat buku ini dipajang di meja kasir toko buku Gunung Agung Jembatan Merah Bogor, yang menunjukkan buku ini dianggap menarik oleh fihak toko.


Nah, inilah beberapa alasan kenapa buku ini terasa begitu berkesan bagi saya. Namun, semua buku saya yang pernah terbit, ada terselip kisah unik dan menarik di belakangnya. Semoga bisa saya ceritakan di lain waktu dan kesempatan.


Ketika buku pertama saya terbit, mulailah saya berkenalan dengan yang namanya “royalti”. Walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak dan datangnya pun tidak menentu, namun bisa memberi energi tambahan bagi saya untuk terus menulis buku.


Seingat saya, royalty pertama saya dari buku pertama sebesar Rp. 2.700.000,-. Kemudian dari buku kedua sekitar Rp. 1.000.000,-. Dan dari buku ketiga saya sudah lupa. Yang jelas waktu itu saya dapat uang DP buku ketiga sebesar Rp. 850.000-an.


Setelah buku pertama saya terbit, beberapa bulan kemudian buku kedua saya terbit. Lalu disusul buku ketiga. Keran royalti pun semakin bertambah. Meskipun “air” yang keluar kadang cuma setetes demi setetes. Tapi, Alhamdulillah… masih dapat rezeki. Bisa buat beli nasi bungkus dan segelas kopi.


Demikian.


Semoga informasi ini berkanfaat.


✍️ Muhammad Mujianto

7 komentar:

  1. ما شاء الله
    بارك الله فيك استاذ

    BalasHapus
  2. Kisah yang bersemangat, Syukron ustadz kami tunggu berbagai pengalaman nya untuk membangun semangat kami sebagai thullab.

    BalasHapus
  3. Maa syaa Allah luar biasa bermanfaat pa ustadz semoga bisa saya tiru jejaknya...

    BalasHapus