Selasa, 19 April 2022

AKU & BAHASA ARAB (BAB 43): KABARNAS 3 (6)

 


BAB 43

KABARNAS 3 (6)



Ilmu itu berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tanpa pertolongan dari-Nya, kita tidak akan pernah mendapatkan ilmu. Sehebat apapun usaha yang kita lakukan.

Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar dimudahkan dalam belajar. Tentunya sambil kita terus berusaha mencari ilmu dengan cara-cara dan strategi yang tepat.


*****


Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya,

jika ingin meraih sukses dalam kegiatan belajar, ada empat hal yang harus ada. Pertama, guru yang berilmu dan bisa menyampaikan ilmunya dengan cara-cara yang tepat.

Kedua, murid yang serius dan sungguh-sungguh dalam belajar, serta mengerti adab dalam belajar. Ketiga, metode yang tepat. Keempat, lingkungan yang mendukung dalam proses belajar.

Insya Allah, kalau keempat ini ada, kesuksesan dalam proses belajar dan mengajar akan mudah diraih. Insya Allah.


*****

KABARNAS 3 diadakan di tempat yang menurut saya sangat mendukung untuk kegiatan belajar. Tempatnya sejuk, dikelilingi banyak pepohonan. Nama lokasinya Cico Resort yang beralamat di Jl. Tumenggung Wiradireja 216 Cimahpar, Bogor Utara, Bogor, Jawa Barat, Indonesia, 16155.

Saya sempat berpikir waktu itu: "Bagus juga nih kayaknya kalau tempat ini dijadikan pondok pesantren… Kondusif...".

Kemudian, guru yang mengajar kami adalah guru-guru yang berkompeten di bidang pengajaran bahasa Arab. Mereka sudah sangat berpengalaman. Saya bisa menerima materi dengan mudah dari mereka.

Metode yang digunakan di KABARNAS, untuk saya sangat cocok. Karena memang, kalau kita ingin bisa percakapan, maka kita harus mau memaksakan diri bicara bahasa Arab. Sebanyak mungkin kita mendengar bahasa Arab, dan sebanyak mungkin kita mengucapkan bahasa Arab.

Namun, menurut saya, metode mubasyaroh ini, cocoknya untuk orang yang sudah punya dasar bahasa Arab. Lebih bagus lagi, dia sudah bisa baca kitab. Jadi, saat pelatihan, dia tinggal ngelancarin lisan berbicara bahasa Arab.

Kalau untuk orang yang dari nol, sama sekali belum pernah belajar bahasa Arab, menurut saya kurang cocok. Kenapa?

Ya, kita bisa bayangkan sendiri. Misalnya, kita tidak bisa bahasa Jawa, kemudian kita diajarkan bahasa Jawa pakai bahasa yang kita tidak mengerti. Kira-kira apa yang akan terjadi? Pusing!

Mungkin ada yang berkata begini:

"Bukankah dulu ketika kita kecil, kita tidak paham bahasa Indonesia, kemudian orang tua kita mengajarkan kita bahasa Indonesia pakai bahasa Indonesia, akhirnya kita bisa lancar bahasa Indonesia?"

Iya, betul! Tapi, itu butuh berapa lama? Lama! Kadang butuh waktu beberapa tahun baru bisa lancar. Tidak cukup sebulan dua bulan.

Kemudian, kosakata yang diajarkan waktu kecil apakah kosakata yang susah?

Tentu, tidak bukan? Paling-paling kosakatanya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti: makan, minum, mandi, dll. Waktu kecil, kita belum mengenal kosakata tentang ekonomi, energi, kesehatan, teknologi, agama, dll. Kita baru pelajari itu semua ketika masuk sekolah. Itupun diberikan bertahap selama sekian tahun lamanya.


Nah, kalau memang mau pakai metode mubasyaroh untuk orang yang sama sekali belum pernah belajar bahasa Arab, maka silakan terapkan secara utuh cara belajar anak kecil. Belajarnya harus lama. Minimal setahun. Tidak bisa hanya sebulan dua bulan.

Kemudian, ajarkan kosakata dasar dulu hingga benar-benar lancar. Dan ini pun butuh waktu yang tidak sebentar. Harus terus dilakukan pengulangan. Seperti anak kecil yang baru belajar bicara, satu dua kata kadang harus diulang berkali-kali. Kadang bisa berhari-hari.

Ini menurut saya.

*****

Saya yakin, kawan-kawan peserta KABARNAS sangat ingin bisa lancar bicara bahasa Arab. Makanya, mereka berani keluar uang banyak untuk ikut KABARNAS. Mereka juga rela meninggalkan keluarga selama dua bulan.

Sayangnya saya pehatikan, banyak yang keinginannya ini belum berbuah kesungguhan. Banyak yang belum pede untuk berbicara bahasa Arab sehari-hari. Terutama mereka yang belajarnya dari nol.

Padahal, peraturan yang diterapkan selama pelatihan sudah sangat bagus. Diantaranya ada peraturan, peserta wajib berbicara bahasa Arab selama pelatihan, baik di kelas, maupun di luar kelas. Sayangnya, banyak peserta yang melanggarnya.

Kadang, saya suka pancing-pancing mereka untuk terbiasa ngomong bahasa Arab. Setiap berpapasan, saya sapa dengan bahasa Arab. Tapi sepertinya, banyak yang memang masih berat untuk mempraktikan ilmu yang didapat di kelas.

Sebenarnya, sebelum memutuskan ikut KABARNAS, saya sudah memprediksikan hal ini. Saya khawatir, banyak yang baru, sehingga tidak bisa diajak praktik bicara setiap hari.

Waktu itu, saya utarakan kekhawatiran saya ke Reza. Dia memberi saran agar nanti saya bisa dekati pengajarnya untuk praktik muhadatsah.

*****


Alhamdulillah, banyak ilmu yang saya dapat dari KABARNAS. Saya semakin lancar bicara bahasa Arab. Percaya diri pun semakin bertambah.

KABARNAS pun akhirnya bisa saya selesaikan dengan baik. Saat penutupan, saya mendapat predikat peserta terbaik, alhamdulillah.


Bersambung...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar