Senin, 18 April 2022

AKU & BAHASA ARAB (BAB 23): KRITIKUS BUKU TERJEMAH

 


BAB 23

KRITIKUS BUKU TERJEMAH


Sekitar tahun 2000-an, mulai banyak bermunculan penerbit buku-buku Islam di Indonesia. Buku yang diterbitkan kebanyakannya adalah buku terjemahan, dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Saya dulu termasuk orang yang hobi membeli buku-buku bacaan Islami.


Waktu itu saya perhatikan, ada beberapa buku terjemah yang tidak terlalu ketat dalam proses penerbitannya. Kadang dari penerjemah langsung diedit bahasa, lalu dilayout jadi buku. Setelah itu naskah naik cetak. Naskah terjemahan tidak diperiksa dulu oleh editor ahli. Sehingga tak jarang didapati kesalahan di dalam buku-buku terjemahan ketika itu.


Sepulang dari dauroh bahasa Arab di Gresik, saya semakin peka dengan hal-hal yang bertuliskan bahasa Arab. Terutama yang saya lihat di buku-buku terjemahan.


Pernah saya dapati,

dalam sebuah buku terjemahan, terdapat puluhan kesalahan. Diantaranya kesalahan terjemah dan kesalahan pemberian harokat hadits. Saya pernah mengirim surat ke sebuah penerbit untuk memberitahukan tentang beberapa kesalahan yang terdapat di buku terbitannya.


*****


Menurut saya, bagi kita yang sudah belajar bahasa Arab, perlu juga sekali-kali menjadi kritikus buku-buku terjemahan. Supaya pemahaman bahasa Arab kita semakin bagus. Bahkan kalau perlu, tidak hanya buku terjemahan yang kita kritisi. Apapun yang bertuliskan bahasa Arab, coba kita kritisi.


Kita coba cek, apakah kaidah Nahwu Shorofnya sudah betul? Apakah pemberian harokatnya sudah tepat? Apakah terjemahannya sudah pas?


Kalau dalam buku terjemahan ada yang menurut kita aneh bin ganjil, coba kita teliti. Kalau bisa kita cek ke buku aslinya yang berbahasa Arab. Kita coba cocokan. Bisa jadi memang ada kekeliruan.


Namun perlu dipahami bahwa kesalahan terjemah belum tentu dilakukan oleh si penerjemah. Bisa jadi editor bahasa yang mengubah terjemahannya. Atau, ada sebab lain yang kita tidak tahu.


Jadi, kalau kita mendapati salah terjemah di buku-buku terjemahan, jangan langsung berburuk sangka kepada si penerjemah. Sebaiknya tabayyun dulu.


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar