Senin, 18 April 2022

AKU & BAHASA ARAB (BAB 27): DAUROH BAHASA ARAB (2)

 


BAB 27

DAUROH BAHASA ARAB (2)



Sudah saya ceritakan sebelumnya bahwa pada tahun 2003, saya pernah mengikuti dauroh bahasa Arab selama sekitar sebulan di daerah Gresik Jawa Timur. Pada tahun 2008, saya ikut lagi. Jadi, dua kali saya ikut dauroh di sana.

Apa yang membuat saya tertarik untuk ikut dauroh lagi?

Ceritanya begini...

Setelah mengikuti dauroh pertama, saya mulai aktif mengajarkan bahasa Arab. Kebanyakan peserta yang ikut belajar adalah mahasiswa IPB. Ada juga yang dari alumni.

Waktu itu, ada seorang kawan alumni IPB yang ikut belajar. Saya perhatikan, kawan saya ini sangat bersemangat mengikuti pelajaran. Meskipun lokasi belajarnya jauh dan diadakan malam hari, dia tetap rajin datang.

Saya berpikir waktu itu, sangat bagus sepertinya kalau dia bisa ikut dauroh bahasa Arab seperti saya dulu. Saya yakin, kemampuan bahasa Arabnya akan jauh meningkat.

Saya pun memotivasinya untuk bisa ikut dauroh selama sebulanan. Karena tidak ada yang menemani, saya pun tertarik untuk pergi bersamanya. Sekalian saya ingin muroja'ah lagi.

Berangkatlah kemudian kami berdua ke sana. Kami berada di kelas yang sama, kelas lanjutan (takmili). Kitab yang dibahas masih sama dengan yang dulu, kitab Mulakhosh karya Fuad Ni'mah.


*****

Jadwal belajarnya masih seperti dulu. Cuma kelasnya saja yang pindah. Sebagian pengajar ada yang baru.

Seingat saya pengajarnya waktu itu:

  1. Ust. Aunur Rofiq hafizhahullah

  2. Ust. Abdurrahman Buton hafizhahullah

  3. Ust. Ahmad Sabiq hafizhahullah

  4. Ust. Ma'ruf hafizhahullah

  5. Ust. Abu Muhammad hafizhahullah

  6. Ust. Abu Humaid hafizhahullah

Waktu itu, saya bertemu lagi dengan Pak Utsman. Masih ingat kan dengan Pak Utsman? Itu loh, teman saya sebangku waktu dauroh tahun 2003.

Nah, iya yang itu! Sudah ingat kan sekarang?


Saya dapat kabar, katanya Pak Utsman rutin setiap tahun ikut dauroh bahasa Arab di sana. Meskipun sudah tua, beliau tetap semangat belajar bahasa Arab. Beliau ikuti terus pelajaran hingga selesai.


*****

Secara umum, metode pembelajaran dauroh kali ini masih sama dengan yang dulu. Setiap hari belajar, kecuali hari Jum'at. Setiap pekan ada dua kali sesi muroja'ah yang dibimbing langsung oleh mudir pesantren Ust. Aunur Rofiq hafizhahullah. Selain muroja'ah, setiap pekan ada diadakan dua kali ujian.

Waktu itu, saya sering dapat nilai 50 saat ujian pekanan. Tidak pernah lebih dari itu. Sulit kah soal ujiannya?

Tidak juga. Nilai tertingginya memang 50 :)

Kawan saya begitu semangat mengikuti pelatihan. Meskipun sempat sakit, dia tetap masuk kelas. Rugi katanya kalau ketinggalan satu saja pembahasan.

Saat penutupan, kawan saya mendapat juara tiga. Adapun juara satunya adalah kawan dari kawan saya itu yang menemani dia ikut dauroh. Saya tidak perlu sebutkan namanya di sini. Rahasia! :)


Bersambung...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar