Minggu, 28 Agustus 2022

MUHASABAH

 


MUHASABAH


Coba kita ingat-ingat lagi. Saat dulu kita ujian di sekolah. Menjelang menit-menit akhir pengumpulan soal ujian, apa yang guru kita katakan?


Coba diperiksa lagi jawabannya…. Dibaca-baca lagi… Siapa tahu masih ada yang keliru…”.


Apa manfaatnya guru kita bilang begitu? Ya, supaya kita bisa membetulkan jawaban yang ternyata keliru. Kalau sudah dikumpulkan, tentu sudah tidak boleh lagi diperbaiki.


Nah, dalam hidup juga begitu.


Selagi kita masih di dunia, kita masih mungkin memperbaiki kesalahan kita. Kita masih mungkin mohon ampun dan bertaubat atas dosa yang kita perbuat. Kalau sudah di akhirat, sudah tidak ada lagi kesempatan itu.


Makanya, penting bagi kita untuk terus melakukan muhasabah. Kita evaluasi kembali hidup yang sudah kita jalani. Kita periksa lagi apa yang sudah kita perbuat selama ini.


Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu pernah berkata:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا

“Hisablah diri kalian (di dunia ini) sebelum diri kalian dihisab (di akhirat nanti)...!"



Kenapa kita perlu untuk menghisab diri kita ketika masih di dunia?

Agar jika nanti kita dapati kesalahan dalam hidup kita, masih ada kesempatan bagi kita untuk memperbaiki. Masih ada kesempatan bagi kita untuk bertobat.

Beda halnya kalau kita dihisab di akhirat. Kalau ada kesalahan, maka sudah tidak ada kesempatan untuk memperbaiki. Sebab di akhirat nanti bukan lagi waktunya beramal, tapi waktu untuk mempertanggung jawabkan amal kita selama di dunia.



*****



Paling tidak, ada dua hal yang harus kita evaluasi:


>>> Dosa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala

Misalnya dulu pernah meninggalkan shalat, tidak puasa, lupa bayar zakat, dll.



>>> Dosa kita kepada sesama manusia

Misalnya dulu pernah mencuri, gosip, adu domba, menyakiti hati orang tua, jajan di kantin tidak bayar, dll.



Lalu, bagaimana cara tobatnya?

Kalau dosa berkaitan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka paling tidak kita lakukan 4 hal berikut:

  • Mohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hendaknya kita perbanyak istighfar.

  • Segera meninggalkan dosa

  • Menyesal atas dosa yang telah diperbuat

  • Bertekad kuat untuk tidak mengulanginya



Kalau dosa berkaitan dengan manusia, kita tambah satu lagi:

  • Minta maaf kepada orang yang bersangkutan, dan mengembalikan haknya yang mungkin pernah kita ambil



Misalnya dulu, kita pernah makan di kantin sekolah tapi tidak bayar. Atau, kita pernah makan gorengan 5 biji, tapi bayarnya cuma 3 biji. Maka, kita minta maaf kepada penjualnya. Kemudian, kita ganti kerugiannya.

Kalau orangnya sudah tidak ada, kita datangi ahli warisnya. Kalau sulit, kita bersedekah senilai hak yang pernah kita ambil, kemudian kita niatkan pahalanya untuk si penjual.



*****



Ingat!

Bisa jadi kesulitan hidup yang kita alami selama ini, itu adalah akibat dari dosa-dosa yang kita perbuat. Bisa jadi itu akibat dosa kita di masa lalu yang hingga kini kita belum bertobat darinya. Namun, kita sekarang sudah melupakannya.



Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri..”.

(QS. An-Nisa [4]: 79)

Tafsir ayat: “Setiap kesenangan yang datang kepada kamu -wahai anak Adam- seperti rezeki dan anak adalah berasal dari Allah. Dia menganugerahkannya kepada kamu. Dan setiap kesialan yang menimpamu dalam urusan rezeki dan anak kamu itu sesungguhnya berasal dari diri kamu sendiri, yaitu akibat dari perbuatan maksiat (dosa-dosa) yang kamu lakukan.”

(Tafsir Al-Mukhtashar/Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram))
[Referensi: https://tafsirweb.com/1611-surat-an-nisa-ayat-79.html]


Fudhail bin Iyyadh rahimahullah (guru Imam Syafi’i rahimahullah) pernah berkata:

إِنِّي لَأَعْصِي اللهَ فَأَعْرِفَ ذَلِكَ فِي خُلُقِ حِمَارِي وَخَادِمِي وَامْرَأَتِي وَفْأَرِ بَيْتِي

“Sungguh aku benar-benar bermaksiat kepada Allah, lalu aku mengetahui hal itu berakibat pada berubahnya perilaku keledai tungganganku, pembantuku, istriku, dan munculnya tikus di rumahku.” (https://www.islamweb.net/ar/fatwa/78557/)

Bisa jadi, hati kita yang selalu gelisah, rezeki kita yang seret, bisnis yang rugi terus, kendaraan sering ngadat, anak-anak rewel, istri suka membantah, pembantu yang nakal, karyawan yang tidak amanah, rumah yang sering rusak, masuknya binatang berbahaya ke dalam rumah, dan kesulitan hidup lainnya itu disebabkan perbuatan dosa yang kita perbuat selama ini.

Maka, hendaknya kita segera betobat. Kita banyak istighfar. Kita perbaiki diri kita supaya menjadi orang yang bertakwa, agar hidup kita diberi kemudahan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

(QS. At-Thalaq [65]: 4)



*****



Jadi intinya, selagi kita masih diberi kesempatan hidup di dunia, mari kita perbanyak dan persering melakukan muhasabah. Kalau bisa, setiap hari kita muhasabah. Kita renungi apa yang sudah kita perbuat.

Kalau kita dapati kebaikan yang kita perbuat, maka kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Kita memuji-Nya. Sebab, semua itu adalah berkat pertolongan darinya.

Sebaliknya, kalau kita dapati kesalahan yang kita perbuat, maka kita mohon ampun kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Kita banyak beristighfar.

Semoga kita bisa menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan bersih dari dosa.

Amiin ya Rabbal ‘aalamiin…



Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ، إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Pada hari yang harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

(QS. Asy-Syu’ara [26]: 88—89)

 

#Dikutip dari buku "JANGAN BERHARAP PADA MANUSIA"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar