Selasa, 30 Agustus 2022

BAB 24: PRIORITAS


 BAB 24

PRIORITAS


Kalau kita ingin menumpuk batu dengan ukuran beda, ada yang besar, sedang, dan kecil. Agar tumpukannya kokoh, mana yang harus kita dahulukan? Batu besar, kah? Batu sedang, kah? Atau batu yang kecil?


Tentu, kita akan dahulukan batu yang besar. Kita letakan batu yang besar di posisi paling bawah. Setelah itu, kita letakan batu ukuran sedang di atas batu besar. Kemudian, posisi paling atas kita letakan batu paling kecil.


Tapi, bagaimana kalau posisinya dibalik? Batu kecil yang diletakan di bawah, kemudian batu sedang, lalu batu besar?


Kemungkinan besar, batu tidak akan bisa ditumpuk. Kalau pun bisa, sifatnya sementara. Rentan roboh. Ada getaran sedikit, tumpukan batu bisa berantakan.


Dalam lomba panjat pinang juga begitu. Kalau mau menang, yang di bawah haruslah orang yang badannya besar. Adapun yang berbadaan kecil, dia yang berada di atas. Strateginya seperti itu kalau mau menang.


Nah, dalam hidup begitu juga. Sama. Kalau kita salah dalam menentukan prioritas dalam hidup, bisa jadi bencana akan kita dapat. Kehidupan kita akan dipenuhi dengan masalah. Prioritas artinya adalah “yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain”.


Saya ambil contoh seorang karyawan. Saat di kantor, seharusnya dia mendahulukan untuk mengerjakan tugas kantor. Sebab, itu memang sudah menjadi kewajiban dia. Dia pun digaji memang untuk mengerjakan tugas kantor.


Tapi, kira-kira apa yang akan terjadi seandainya si karyawan ini malah mendahulukan kepentingan pribadinya dia. Misalnya dia malah sibuk ngurusin bisnis onlinenya. Dia malah sibuk membalas chat dari pelanggannya. Apa yang kemungkinan terjadi?


Bisa jadi tugas kantornya jadi tidak beres. Kalau pun beres, hasilnya kurang maksimal, karena dikerjakan secara sambilan. Bisa jadi dia akan ketahuan atasannya, kemudian diberi peringatan.


Hal ini pernah terjadi pada teman saya. Saat masih kerja di sebuah perusahaan, saat jam kerja, dia sibuk juga mengurus bisnis pribadinya. Akhirnya, atasannya pun tahu. Kemudian dia diberi pilihan: Mau terus kerja tapi harus fokus atau keluar kerja dan silakan mengurus bisnis di rumah? Teman saya ini pun memilih keluar.


Dalam kehidupan rumah tangga juga begitu. Harus cerdas dalam menentukan prioritas.


Seorang ibu rumah tangga misalnya. Misalnya, dia punya bisnis online lewat FB atau WA. Sebelum dia sibuk dengan HP-nya, pastikan dulu tugas rumah sudah terselesaikan. Kalau cucian numpuk atau rumah berantakan, maka itu dulu diberesin. Itu yang harus dia dahulukan. Bukan malah sibuk main FB atau WA seharian.


Jangan sampai nanti saat suaminya pulang kerja, rumah masih berantakan. Cucian piring seharian masih numpuk. Atau, kedatangan suami disambut sambil dia nyetrika pakaian.


Padahal mestinya, saat suami pulang, kondisi rumah sudah dalam keadaan nyaman untuk dipakai istirahat. Istri juga mestinya bisa fokus memberi pelayanan terbaik untuk suaminya. Idealnya seperti itu.


Kalau hal yang seperti ini terus-terusan terjadi, sangat mungkin kedepannya akan timbul keretakan dalam kehidupan keluarga. Suami jadi tidak betah di rumah.


Seorang suami juga begitu. Saat dia menerima uang gaji misalnya, maka yang harus didahulukan adalah nafkah keluarganya dan orang-orang yang wajib dia nafkahi. Kemudian, sisa uang digunakan untuk hal-hal yang wajib dan harus dia tunaikan. Misalnya: untuk bayar sekolah anak, untuk bayar hutang kalau punya, untuk membeli perabot yang rusak, untuk memperbaiki bagian rumah yang rusak dan harus segera diperbaiki, dll.


Apa jadinya kalau uang gaji digunakan untuk hal-hal yang tidak penting dan tidak mendesak, padahal kewajibannya belum tertunaikan? Misalnya: untuk jalan-jalan, untuk beli ikan hias, untuk modifikasi motor, dll. Tentu, masalah dalam rumah tangga akan muncul. Cepat atau lambat.


Nah, jadi demikian.


Intinya, kita harus cerdas dalam menentukan prioritas jika ingin mendapatkan kebaikan dalam hidup ini.


Paham?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar