Selasa, 30 Agustus 2022

BAB 7: JALAN YANG LURUS


BAB 7

JALAN YANG LURUS


Setiap hari dalam shalat kita selalu minta ditunjuki ke “Jalan yang Lurus”.


اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami ke jalan yang lurus”.

(QS. Al-Fatihah [1]: 6)


Namun, sudahkah kita mengetahui, apa itu jalan yang lurus? Apa itu shirathal mustaqim?


Para ulama bebeda-beda dalam menjelaskan pengertian shirathal mustaqim. Namun, penjelasan mereka tidaklah bertentangan. Penjelasan mereka saling melengkapi.


Intinya, shirathal mustaqim adalah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para Sahabatnya. Jalan kebenaran. Jalan yang mengantarkan ke Surga.


Ada juga yang menjelaskan bahwa jalan yang lurus adalah Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman para Sahabat. Kenapa harus sesuai dengan pemahaman para Sahabat?


Begini…


Agama Islam ini berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan agama ini kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Kemudian, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjelaskan Islam ini kepada para Sahabatnya.


Para Sahabat kemudian memahaminya dan mengamalkannya. Kalau mereka salah paham, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu menegur dan mengoreksinya. Mereka pun kemudian menjadi generasi terbaik Islam.


Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

Sebaik-baik manusia adalah generasiku (Sahabat), kemudian yang datang sesudah mereka (Tabi’in), kemudian yang datang sesudah mereka (Tabi’ut tabi’in)

(Mutafaqun ‘Alaih)


Jadi, pemahaman Islam mereka adalah pemahaman yang benar yang wajib kita contoh. Dan, kita akan mendapat keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dijamin Surga kalau mengikuti cara beragama mereka.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka Surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”.

(QS. At-Taubah [9]: 100)


*****


Namun, bagaimana kita tahu kalau amalan Islam kita sudah sesuai dengan pemahaman dan praktik para Sahabat?


Ya, kita harus belajar! Kita harus menuntut ilmu. Kita harus banyak membaca dan mengkaji. Jangan malas! Ilmu itu didapat dengan belajar, bukan dengan malas-malasan!


Kalau kita tidak tahu, maka kita harus bertanya kepada para ahli ilmu (ulama) yang benar-benar terpercaya keilmuannya.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat An-Nahl ayat 43 dan surat Al-Anbiya ayat 7:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui”.


Jadi, kalau mau ditunjuki ke jalan yang lurus, kita harus belajar. Kalau bisa setiap hari kita belajar. Kita luangkan waktu setiap hari untuk belajar. Sedikit tidak masalah, yang penting rutin.


Kita ambil al-Qur’an, kita baca terjemah dan tafsirnya. Kita ambil kitab hadits, kita baca penjelasannya. Kita pelajari juga kitab-kitab fikih, agar ibadah kita berada di atas ilmu, tidak asal-asalan atau bermodal perasaan saja. Kita baca juga buku-buku kisah perjalanan hidup Rasul dan orang-orang shalih untuk dijadikan teladan dalam beramal.


Kalau bisa, setiap hari kita baca buku, dengarkan kajian, nonton video ceramah, dll. Usahakan, kita rutin setiap pekan datang ke pengajian yang membahas ilmu-ilmu keislaman.


Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berada di atas jalan yang lurus.


Amiin ya Rabbal ‘aalamiin…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar