Selasa, 30 Agustus 2022

BAB 5: JANGAN BERHARAP PADA MANUSIA


BAB 5

JANGAN BERHARAP PADA MANUSIA!


Manusia itu makhluk yang lemah. Manusia sering lupa. Banyak juga yang khianat, suka ingkar janji.


Makanya, jika kita tak ingin kecewa, jangan pernah berharap pada manusia. Jangan gantungkan hidup kita pada manusia.


Saya yakin, banyak diantara kita yang pernah merasakan betapa sakitnya berharap pada manusia. Saya sendiri dulu sering merasakannya. Waktu itu, saya belum sadar bahwa berharap pada manusia itu akan sering membuahkan kekecewaan.


*****

Pernah suatu ketika, saya mengirimkan naskah buku ke sebuah penerbit. Beberapa minggu kemudian, saya mendapat SMS dari pihak penerbit. Mereka menyatakan tertarik untuk menerbitkan naskah buku saya.


Setelah berdialog sebentar, akhirnya disepakati bentuk kerjasama berupa royalti 5 % (dari harga buku di pasaran), dan royalti tahap awal akan diberikan enam bulan kedepan. Untuk selanjutnya, diberikan setiap empat bulan. Pihak penerbit mengatakan akan memberikan uang muka sebesar 1 JUTA setelah MoU ditandatangani. Waktu itu, uang 1 JUTA adalah jumlah yang sangat besar bagi saya.


Setelah itu, saya menunggu-nunggu datangnya MoU ke alamat tempat tinggal saya. Saya sangat berharap bisa segera dapat uang muka untuk bekal hidup sehari-sehari plus modal menulis buku. Tapi, hingga berminggu-minggu, bahkan hampir 2 bulanan menunggu, MoU tak kunjung datang. Saya pun kemudian mengonfirmasi pihak penerbit. Dan dugaan saya benar. Pihak penerbit batal menerbitkan naskah saya! Hiks.. hiks.. hiks..


Pernah juga saya membuat perjanjian dengan penerbit yang mau menerbitkan buku saya. Penerbit berjanji akan memberikan royalti penjualan buku setiap tiga atau empat bulan sekali. Namun, lewat dari waktu yang dijanjikan, tak ada kabar dari penerbit. Ditagih-tagih dulu baru uang royalti dibayarkan. Dan sakarang, saya tak pernah lagi dapat kabar tentang penjualan buku saya.


Kemudian, pernah juga saya diminta oleh seseorang untuk menyelesaikan sebuah proyek. Saya tahu, pekerjaannya cukup melelahkan bagi saya. Tapi, karena merasa tidak enak untuk menolak, saya pun bantu dia untuk mengerjakan proyeknya.


Tidak ada akad yang jelas di awal. Bayaran yang nanti akan saya terima pun saya tidak tahu. Saya hanya mengerjakan tugas sesuai keinginannya. Setelah selesai, saya diberi upah lelah sebesar Rp. 25 RIBU.


Tahukah Anda, berapa uang yang dia dapat dari proyek itu? Lebih dari SEJUTA! Namun, saya hanya diberi sekitar 1/50 dari uang yang dia dapat. Padahal kerja yang saya lakukan jauh lebih melelahkan dari kerja yang dia lakukan. Terus terang, saya merasa kecewa waktu itu. Saya merasa kurang dihargai.


Saya jadi teringat dengan kisah Ustadz Luqmanulhakim (Pendiri dan pengasuh Pondok Masjid Munzalan Mubarakan Ashabulyamin di Kubu Raya, Kalimantan Barat). Dalam sebuah wawancara, beliau menceritakan pengalaman hidupnya. Berikut ini kurang lebih transkrip ucapan beliau:


“Saya sadar betul bahwasannya berharap kepada manusia itu pasti kecewa.. Saya ngajar ngaji di rumah orang kaya... Waktu itu istri saya sudah SMS… Yah, susu anak habis.. Itu sameday ya situ saya balas lah.. Ya sudah saya bilang ganti dengan teh manis… Harga susu tuh cuma RM9 di Malaysia tuh dapat subsidi.. Nah sedangkan popok anak itu kurang lebih RM30.. Jadi 30+10 tuh RM40 lah kebutuhan hari itu.. Nah, insya Allah, kalau sesuai rencana hari itu saya dapat uang jatah saya ngajar ngaji… Rumah orang kaya pakai cluster mobilnya itu BMW.. Mercedes Benz.. Proton Perdana.. Rumah orang kaya.. Bisnisnya salah satunya punya pom bensin… Jadi bagi saya kaya lah kan… Begitu saya selesai ngajar ngaji anaknya… Saya tunggu gitu kan karena hari itu saya harus dapat uang RM140… Jadi, uang saya pergi itu sudah tinggal RM5… Nah RM5 tadi karena saya berpikir tadi hari ini dapat uang RM150… Yaudah lah saya isi bensin saja dulu perut nggak usah diisi… Ngajarnya jam 8 pagi… Ngajar dulu sampai jam 9-an… Selesai ngajar tuh dengan santainya kakak ini… dan saya doakan beliau dimuliakan Allah dijaga Allah… Karena kakak ini justru menjadi sebab saya belajar ilmu tauhid... Dan saya nggak pernah menyesali itu… Kalaupun saya ketemu beliau… Saya lupa alamat detailnya… Kalaupun Allah takdirkan saya ketemu beliau… Saya mau kasih hadiah… Karena beliau ngajarin saya gitu.. Jadi waktu itu beliau bilang gini… Ala Luqman aka lupa pergi ke bank… Bayaran untuk Luqman minggu hadapan ya… Maksudnya minggu depan ya… Duit RM5 sudah isi bensin… Istri sudah SMS susu anak habis… Popok habis gitu kan… Saya ya nunduk… Baik Datin.. Datin kan di sana ada Datuk ada Datin… Baik Datin… Baik Puan… Tak apa saya bilang… Tak ada masalah… Saya balik dulu puan… Balik… Nah, pas balik itulah saya pakai helm… Saya pakai jaket… Saya masukan perlengkapan… Di situ saya ingat betul pas saya pasang helm… Sudah mulai berlinang air mata saya… Saya bersumpah saat itu… Saya bilang, ya Allah jadikan hari ini hari terakhir saya berharap pada manusia… Saya salah ya Allah…”. (Simak video wawancara lengkapnya mulai menit ke-12 di: https://www.youtube.com/watch?v=dSAYjCCLCtQ&t=230s )


*****

Jadi, kalau kita tidak ingin kecewa, jangan pernah berharap pada manusia!


  • Saat di rumah, jangan berharap pasangan hidup kita mau untuk terus memberi perhatiannya kepada kita.

  • Jangan juga kita berharap anak-anak kita mau untuk terus membersamai kita setiap waktu.

  • Saat kita sedang butuh uang, jangan berharap saudara dan teman kita mau untuk meminjami kita uang.

  • Saat kita kena musibah dan butuh uang banyak, jangan berharap kawan-kawan kita mau mengumpulkan donasi segera.

  • Saat kita buka warung, jangan berharap tetangga kita mau untuk membeli dagangan kita.

  • Saat kita beriklan di medsos, jangan berharap kawan-kawan kita mau membantu like, share, dan comment.

  • Saat kita posting tulisan, jangan berharap orang-orang mau me-like dan mengapresiasi postingan kita.

  • Sebagai seorang pimpinan perusahaan, jangan berharap karyawan kita mau terus kerja bersama kita.

  • Saat kita meminjami orang uang, jangan berharap orang yang kita pinjami uang mau melunasinya segera sesuai janjinya.

  • Saat kita bertamu, jangan berharap kita akan dijamu dengan baik.


Jangan! Jangan berharap kepada manusia….! Kecuali kita siap untuk kecewa!


Ada sebuah perkataan yang sangat masyhur dari seseorang. Konon katanya, ini adalah ucapan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Wallahu a’lam. Perkataaannya kurang lebih begini begini:


“Aku sudah merasakan semua kepahitan dunia. Dan, aku tidak dapati yang lebih pahit dari BERHARAP PADA MANUSIA!”


*****


Jadi, berharaplah hanya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pencipta kita. Yang Maha Tahu kebutuhan kita. Yang Maha Pengasih. Yang Maha Penyayang. Yang tak pernah ingkar janji.


Jangan pernah berharap pada selain-Nya!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar