Jumat, 19 Agustus 2022

PAS-PASAN

 


PAS-PASAN


Kalau Anda diberi dua pilihan: mau hidup banyak uang atau hidup pas-pasan? Mana yang Anda pilih?


Saya yakin banyak yang pilih “hidup banyak uang”. Saya yakin banyak yang berpikir, kalau punya banyak uang enak. Mau ngapain saja bisa dan mudah.


Mau umroh gampang. Mau jalan-jalan ke mana saja bisa. Mau bangun rumah yang megah bisa.


Tapi, kalau kata istri saya, enakan hidup “pas-pasan”.


Kok, gitu?


Iya, enakan hidup “pas-pasan”. Pas pingin makan bakso, pas ada tukangnya lewat di depan rumah. Pas pingin punya mobil, pas ada uang dan mobilnya. Pas pingin umroh, pas sehat dan bisa berangkat.


Nah, begitu maksudnya. Hehe...


Sekarang gimana? Masih mau pilih hidup banyak uang?




***



Tapi, ngomong-ngomong soal “banyak uang”, saya jadi teringat dengan sebuah kata-kata. Dulu, ada sebuah kata-kata yang begitu mempengaruhi hidup saya. Adan mungkin pernah mendengarnya juga. Kata-kata itu berbunyi begini:


"UANG BUKAN SEGALANYA, TAPI SEGALANYA BUTUH UANG!"

Saat awal mendengar kata-kata ini, saya jadi berpikir begini:

“Bener juga… Sekarang apa saja butuh uang. Kemudian, kalau punya banyak uang itu enak. Kita bisa hidup senang. Mau ngapain saja gampang… Mau beli apa saja bisa...”.

Maka, saya pun kemudian terdorong untuk mencari cara supaya bisa medapatkan uang banyak dalam waktu cepat.


*****

Sebenarnya tidak masalah kalau kita mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang banyak dalam waktu cepat. Selama itu halal, sah-sah saja kan?

Namun, yang jadi masalah adalah ketika kita menjadi tersibukkan dengan urusan dunia. Kita pun jadi lalai dari urusan akhirat. Siang malam kita selalu ingat akan “uang”, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala sering kita lupakan.

Kalau bekerja demi mencari uang tak pernah merasa lelah. Padahal waktu berjam-jam telah kita habiskan. Tapi kalau Sholat atau baca al-Qur’an, lima menit saja sudah merasa capek.

Coba kita renungi lagi perkataan ini:

"Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang."

Meski di awal telah disebutkan “Uang bukan segalanya”, namun begitu membaca kalimat berikutnya “tapi segalanya butuh uang”, terlupakanlah kalimat sebelumnya. Yang hadir di benak justru: Uang adalah segalanya! Kalau ingin bahagia, carilah uang sebanyak-banyaknya! Kalau ingin bisa meraih segalanya, miliki uang yang melimpah!



Dulu sering terbayang: Kalau saya punya banyak uang, saya bisa haji dan umroh bersama keluarga. Saya bisa beli buku-buku kesukaan saya. Saya bisa beli rumah dengan taman yang luas. Saya bisa jalan-jalan kemana saja dan makan apa saja yang saya mau. Saya juga jadi bisa menyantuni anak yatim dan membantu orang-orang miskin.

Dan memang kalimat ini realistis. Maksudnya, kenyataan yang ada memang demikian. Untuk melakukan apa yang saya bayangkan tentu saja butuh uang. Uang, uang, dan uang. Kalau kata orang “Buang air saja bayar!”.

Saya pun kemudian terdorong untuk menjadikan uang senantiasa berada di pelupuk mata saya. Yang ada di pikiran kebanyakan isinya uang. Uang, uang, uang. Selalu terpikir, bagaimana caranya mendapatkan uang banyak dalam waktu cepat.

Hingga akhirnya saya lelah. Saya lelah dalam mengejar angan-angan itu. Mulailah kemudian saya merenung dan mengoreksi diri.


*****


Saya pun kemudian tersadar. Uang memang bukan segalanya. Betapa banyak orang yang memiliki banyak uang, namun hidupnya tidak bahagia. Ada yang banyak uang, namun sakit-sakitan. Ada yang banyak uang, namun sering bertengkar dengan suami/istrinya. Ada yang banyak uang, namun anak-anaknya durhaka. Ada yang banyak uang, namun tersesat dari jalan kebenaran.

Jadi, uang bukanlah segalanya. Sebab uang tidak bisa menjamin kebahagiaan. Uang tidak bisa membeli kebahagiaan.

Lalu, apa yang bisa membuat kita bahagia?

IMAN!

Ya, imanlah yang bisa menjamin kebahagiaan kepada kita. Keimanan yang kuat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kemudian membuahkan amal shalih.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:



مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ



“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97)

Jadi, kalau ingin hitup kita bahagia, kita butuh iman dalam hidup kita. Kita butuh iman untuk menjadikan hati kita tenteram. Kita butuh iman untuk terhindar dari lobang-lobang kemaksiatan. Dan kita butuh iman untuk masuk Surga!

Jadi, keimananlah yang segalanya itu. Keimananlah yang kita butuhkan di setiap keadaan. Meskipun kita tak punya uang, jika keimanan kita mantap dan kuat, kita akan terjaga dari berbuat hal-hal yang maksiat seperti korupsi, mencuri, dsb.

Kebalikannya, jika iman kita lemah, meski kita banyak uang, bisa jadi maksiat yang akan kita kerjakan. Mungkin uang itu akan kita gunakan untuk pergi ke tempat-tempat maksiat, untuk membeli barang-barang yang memfasilitasi untuk berbuat maksiat, untuk mendukung perkara maksiat, atau untuk perkara yang sia-sia tanpa manfaat.

Kemudian, kalau kita beriman, apapun yang kita dapat dalam hidup, kita akan terima dengan hati lapang. Jika kita ditimpa musibah, maka kita akan bisa bersabar. Kita yakini bahwa ini sudah menjadi ketetapan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita yakini bahwa dibalik musibah pasti akan ada banyak kebaikan yang kita dapat.

Sebaliknya, kalau kita diberi kesenangan, maka kita akan hadapi dengan rasa syukur. Kita akan yakini bahwa semua nikmat yang kita terima adalah karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan urusannya seorang mukmin. Seluru urusannya itu baik. Hal ini tidaklah didapati kecuali pada diri seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim: 2999)



*****

Maka kemudian, kata-kata itupun kini saya ganti. Kata-kata itu kini saya ubah.

“UANG BUKAN SEGALANYA, TAPI SEGALANYA BUTUH IMAN!”

Demikian.

Wallahu a’lam.

 

# Dikutip dari buku “JANGAN BERHARAP PADA MANUSIA!”.

 

2 komentar: