Selasa, 30 Agustus 2022

BAB 1: BERHENTI SEJENAK


BAB 1

BERHENTI SEJENAK


Ada sebuah nasihat yang sangat indah dari Hasan al-Bashri rahimahullah, salah seorang ulama dari kalangan Tabi’in. Beliau berkata:


“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati seorang hamba yang merenung sejenak (untuk berfikir) sebelum melakukan suatu amalan. Jika niatnya adalah karena Allah, maka dia melakukannya. Tapi, jika niatnya bukan karena Allah, maka dia mengurungkannya.”


Lewat nasihatnya ini, beliau mengajarkan kepada kita untuk memperbaiki niat sebelum beramal. Kita hadirkan dulu keikhlasan dalam hati. Ikhlas artinya kita beramal semata-mata demi mengharap balasan dan ridha dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan dari selain-Nya.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَآءً وَلَا شُكُورًا

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”

(QS. Al-Insan [[76]: 9)

TAFSIR AYAT

“Orang-orang baik itu menjadikan tujuan dari pemberian makan kepada orang-orang yang membutuhkan ini adalah untuk meraih keridhaan Allah, sehingga mereka tidak lagi mengharapkan balasan atas kebaikan yang telah mereka lakukan dan tidak pula mengharap ucapan terima kasih…”.

(Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah)
[Referensi : https://tafsirweb.com/11737-surat-al-insan-ayat-9.html]


*****

Keikhlasan adalah perkara yang sangat penting untuk kita perhatikan. Sebab, keikhlashan adalah salah satu syarat diterimanya amalan. Tanpa keikhlasan, amal sebaik apapun tidak akan berbuah pahala di akhirat.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.”

(QS. Al-Bayyinah [98]:5)


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:


إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan.”

(HR. Al-Bukhari dan Muslim)



*****

Kemudian, keikhlasan adalah sarana untuk meraih ketenangan hati. Sebaliknya, berharap balasan dari makhluk, sering membuat kecewa dan sedih hati.

Saya pernah punya pengalaman diminta oleh seorang kawan untuk menerjemahkan kitab berbahasa Arab. Karena sedang butuh uang, saya selesaikan terjemahan dalam waktu cepat. Namun, setelah naskah terjemahan itu saya serahkan, bayaran yang saya dapat tidak sesuai harapan. Di bawah standar biaya terjemah pada umumnya. Hati pun kecewa. Namun saya harus akui, ini adalah salah saya. Kenapa saya berharap pada manusia!

Namun, beda halnya ketika saya hanya berharap balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati menjadi tenang. Kalaupun dapat balasan dari manusia, saya anggap itu adalah bonus. Untuk lebih menjaga keikhlasan, kadang bonus itu saya kembalikan lagi “di jalan Allah”.

Pernah beberapa kali saya diminta untuk mengajar bahasa Arab. Gratis, tidak dibayar sepeser pun. Tempatnya lumayan jauh dari rumah. Saya mengajar malam hari. Kadang berangkat dalam kondisi kehujanan karena naik sepeda motor.

Namun, alhamdulillah, saya enjoy menjalaninya. Hati saya senang mengerjakannya. Sebab, niat saya memang untuk berbagi ilmu, bukan untuk mencari uang.


*****

Oleh karena itu, untuk meraih pahala sekaligus ketenangan hati, hendaknya kita perbaiki niat dalam beramal. Hendaknya kita ikhlas mengharap balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Jangan berharap balasan dari selain-Nya.

Kita bisa ikuti saran Hasan al-Bashri rahimahullah di atas tadi. Sebelum beramal, kita berhenti sejenak. Kita luruskan niat kita. Kalau sudah ikhlas, maka kita kerjakan. Jika tidak, maka kita perbaiki dulu niat kita hingga menjadi niat yang ikhlas.

Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang ikhlas dalam beramal.


Amiin ya Rabbal ‘aalamiin...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar