MENJARING IDE
Langkah pertama yang biasa saya lakukan dalam proses menulis buku adalah ”menjaring ide”.
“Apa sih yang ingin saya tulis?”
“Pembahasan apa yang akan saya angkat menjadi sebuah tulisan?”
Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang muncul di kepala saat awal kali hendak menulis. Sama saja, baik menulis buku ataupun menulis artikel.
Untuk mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini, yang saya lakukan kemudian ialah menjaring ide. Apa itu ide?
Ide adalah sesuatu yang muncul dalam pikiran secara spontanitas. Ide ini muncul biasanya jika pikiran kita menangkap sesuatu yang menurut pikiran kita cukup menarik. Ide muncul tidak kenal tempat dan waktu, artinya kapan saja dan di mana saja, ide bisa muncul. Demikian tulis Abu Al-Ghifari dalam 88 Soal Jawab Jurnalistik yang dipublikasikan lewat situs penulissukses.com.
Saya setuju dengan perkataan Abu Al-Ghifari di atas. Ide memang tidak kenal waktu dan tempat. Artinya, ide bertebaran di mana-mana. Ya, ide menulis bertebaran di mana-mana.
Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita baca, apa yang kita rasakan, apa yang kita alami bisa menjadi sumber ide. Jadi, untuk mencari ide menulis, tidak perlu jauh-jauh pergi ke laut atau ke gunung. Tidak perlu juga kita bertapa berhari-hari di dalam gua yang gelap dan pengap hingga badan kita lumutan. Perhatikan aja kejadian yang ada di sekitar kita. Niscaya akan kita dapati banyak ide-ide bagus yang bisa kita olah sedemikian rupa menjadi sebuah tulisan.
Ketika melihat seorang kawan satu kos yang memiliki kebiasaan tertawa keras ketika melihat atau mendengar hal-hal yang lucu, bahkan pernah jam dua belas malam dia tertawa sangat keras karena menonton film komedi di televisi, padahal di sekitarnya banyak kawan-kawan lain yang sudah tertidur lelap, maka muncullah ide untuk membuat tulisan tentang etika tertawa dalam Islam. Artikel ini kemudian dimuat majalah remaja el-Fata dengan judul “Tertawa Ada Aturannya”.
Ketika merasakan problema hidup yang membelit bangsa ini semakin kuat, sementara itu banyak masyarakat yang mulai terlihat pesimis dalam menjalani hidup, maka muncullah ide untuk membuat tulisan yang berisi motivasi agar tetap optimis dalam menjalani hidup, sesulit apapun hidup yang dijalani. Lahirlah kemudian sebuah artikel dengan judul “Optimis Dengan Ikhtiar dan Tawakal” yang dimuat di Koran Pikiran Rakyat.
Ketika melihat banyak wanita Muslimah yang tidak menjaga kehormatannya bahkan cenderung mencabik-cabik kehormatannya sendiri dengan cara membuang nilai-nilai Islam dari diri mereka, maka muncullah ide untuk membuat tulisan yang berisi nasihat agar para wanita kembali kepada Islam. Kemudian, lahirlah sebuah tulisan dengan judul “Memuliakan Wanita” yang dimuat di kolom Hikmah Koran Republika.
Ketika terjadi gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya, maka muncullah ide untuk membuat tulisan tentang musibah. Kemudian lahirlah sebuah tulisan dengan judul “Istirja” (kalimat “Inna Lillahi wa Inna Ilaihi roji’un”) yang dimuat di Koran Republika.
Ketika saya melihat banyak orang yang pergi mengaji, namun ilmu yang didapat di pengajian tidak membekas dalam diri mereka, maka muncullah ide untuk menulis buku tentang kiat menuntut ilmu agama yang efektif. Kemudian lahirlah buku yang berjudul “Ngaji Nguping” yang diterbitkan oleh Batavia Press (Penerbit saya sendiri yang bukunya hasil fotokopian kemudian dijilid dan saya jual ke kawan-kawan terdekat)
Ketika saya melihat banyak orang yang punya HP namun banyak yang menggunakannya untuk hal-hal yang negatif, maka muncullah ide menulis buku tentang penggunaan HP agar memperoleh manfaat dunia-akhirat. Kemudian lahirlah buku berjudul “Hati2 Kawan...!!! Jgn Sampe Masuk Neraka Gara2 HP (Petunjuk Penggunaan HP untuk Meraih Surga dan Terhindar dari Neraka)”. Buku ini kemudian diterbitkan oleh Penerbit Pro-U Media di Yogyakarta dengan judul ”Agar HP Bikin Kamu Masuk Surga”.
Ketika saya melihat banyak orang yang menggunakan waktu yang mereka miliki untuk hal-hal yang tidak berguna bagi dunia dan akhirat mereka, bahkan sebagiannya menggunakan waktu mereka untuk berbuat maksiat, padahal malaikat maut bisa datang kapan saja untuk menjemput mereka, maka muncullah ide untuk menulis buku yang berisi nasihat untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam rangka mengumpulkan bekal untuk kehidupan di akhirat nanti. Kemudian lahirlah sebuah buku dengan judul “Seandainya Aku Mati Besok…”. Buku ini kemudian diterbitkan oleh Penerbit Cicero Publishing di Jakarta dengan judul ”Paspor Kematian”.
Ketika melihat banyak mahasiswa yang bingung mau ngapain setelah lulus kuliah, maka munculan ide menulis buku berjudul ”Wahai Mahasiswa, Mau Kemana Setelah Lulus?”. Buku ini kemudian diterbitkan oleh Penerbit Kampus Dalam Press di Bogor.
Setelah dapat cerita dari istri tentang orang yang berhutang dan berjanji mau bayar dalam waktu beberapa hari, namun setelah ditunggu beberapa bulan, tetap belum bayar juga, padahal dia kesehariannya bergaya layaknya orang banyak uang, maka muncullah ide menulis buku berjudul ”10 Tips Lunas Hutang”. Ebooknya bisa didownload di SINI.
Ketika melihat belum ada buku pelajajaran bahasa Arab (Nahwu-Shorof) berbahasa Indonesia yang bisa dipelajari dengan mudah secara mandiri, maka munculah ide menulis buku panduan belajar bahasa Arab untuk pemula yang mudah dipahami dan bisa dipelajari sencara secara mandiri. Lahirlah kemudian SERIAL KITAB FAHIMNA (10 JILID) yang diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Laka di Bogor.
Ketika saya belum dapati buku ilmu waris yang mudah dipahami dan banyak contoh perhitungannya, maka muncullah ide untuk menulis buku ilmu waris yang bisa dipelajari secara mandiri lengkap dengan contoh praktis cara menghitung warisan. Lahirlah tiga buku dengan judul: Panduan Memahami Ilmu Waris Berdasarkan Syari’at Islam, 4 Langkah Praktis Menghitung Warisan, dan Bank Soal Hitung Waris. Ketiga buku ini diterbitkan oleh Penerbit Fahimna Publishing.
*****
Intinya, ide bertebaran di mana-mana. Ide menulis bertebaran di mana-mana. Tangkaplah ide-ide itu. Dalam hal ini, ada baiknya mengikuti saran Abu Al-Ghifari, ”Seorang penulis semestinya selalu membawa alat tulis sehingga manakala ide muncul ia bisa langsung menuliskannya.”
Saya sendiri dulu sering membawa buku kecil plus pulpen ketika sedang bepergian. Ketika saya mendapat ide, saya pun langsung menuliskannya. Biasanya ide itu saya ikat dalam bentuk judul sementara. Kadang juga disertai outline sementara yang berisi hal-hal yang hendak saya bahas nantinya. Waktu itu, saya punya buku saku yang serisi puluhan judul yang menanti untuk dikembangkan menjadi sebuah buku.
Saran saya, untuk mendapatkan ide menulis, sering-seringlah melakukan “pengamatan”. Amati keadaan di sekitar kita. Setelah dapat ide, segera tangkap. Ikatlah ide itu dengan tulisan agar nantinya ide itu tidak menguap.
Namun, selain mencari ide sendiri, tidak ada salahnya kita minta bantuan orang lain. Kawan kita misalnya. Seperti yang biasa saya lakukan juga. Saya sering bertanya kepada kawan-kawan, ”Kira-kira, tema apa yang bagus untuk ditulis saat ini?”.
*****
Sekarang, saya ingin sedikit bercerita, kenapa bisa muncul ide untuk menulis buku “Menjadi Kaya Dengan Merokok”.
Begini...
Suatu hari, terpikir oleh saya untuk menulis buku tentang “rokok dan bahaya-bahayanya”. Idenya muncul setelah saya memperhatikan banyaknya jumlah orang yang merokok, padahal rokok jelas-jelas merugikan kesehatan, sebagaimana peringatan yang tertera di setiap bungkus rokok: Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin. Ditambah lagi, jumlah korban keganasan “pembunuh berasap” ini sudah tidak terhitung banyaknya. Sebagaimana yang pernah dikatakan mendiang Senator Robert Kennedy bahwa “Setiap tahun rokok membunuh orang Amerika lebih banyak daripada yang terbunuh dalam Perang Dunia I, Perang Korea, dan Perang Vietnam digabung menjadi satu.”
Memang, kalau kita perhatikan di toko-toko buku, sudah banyak buku-buku yang membahas tentang bahaya rokok. Ada yang meninjaunya dari sisi kesehatan, dan ada juga yang meninjaunya dari dua sisi: kesehatan dan agama.
Kover bukunya pun banyak yang dibuat unik dan menarik. Bukunya dibuat seukuran bungkus rokok dan desain kovernya dibuat mirip dengan bungkus beberapa merek rokok. Sungguh kreatif!
Namun timbul pertanyaan dalam diri saya. “Kenapa jumlah perokok tidak kunjung berkurang, padahal telah banyak buku tentang bahaya rokok yang beredar di tengah-tengah masyarakat?”
Entahlah. Kalau perkiraan saya sih, meskipun buku tentang bahaya rokok telah banyak beredar, namun sedikit orang yang tertarik membacanya. Paling-paling yang mau baca adalah orang-orang yang memang punya keinginan untuk berhenti merokok dan ingin tahu bagaimana kiat berhenti merokok. Sedangkan mereka-mereka yang tidak ingin berhenti dari kebiasaan “main api”nya, tidak akan mau membaca buku-buku semacam itu.
Saya jadi teringat dengan cerita seorang kawan yang ayahnya seorang perokok berat. Kawan saya itu ingin agar ayahnya berhenti merokok. Diapun kemudian membeli buku tentang bahaya rokok dan meletakkannya di meja kerja ayahnya. Namun, setelah itu, dia tidak melihat buku itu lagi di sana. Ayahnya pun masih tetap dengan kebiasaannya. Perkiraan kawan saya, buku itu dibuang oleh ayahnya.
Nah, dari sini saya berfikir. Bagaimana caranya membuat buku tentang bahaya rokok, tapi buku itu “mau dibaca” oleh semua orang, baik yang merokok maupun yang tidak, terutama yang merokok tentunya. Harapan saya selanjutnya, setelah membaca buku itu, mereka mau berhenti merokok.
Inilah sedikit cerita tentang proses munculnya ide menulis buku tentang “bahaya rokok”. Setelah ide didapat, langkah saya selanjutnya adalah…
#Dikutip dari buku"7 LANGKAH PRAKTIS MENULIS BUKU". Dapatkan bukunya di SINI & SINI
CATATAN:
Gambar-gambar di atas hanya ditampilkan di blog ini, tidak ada di buku 7 LANGKAH PRAKTIS MENULIS BUKU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar