Jumat, 19 Agustus 2022

MENULIS BUKU ITU GAMPANG

 

MENULIS BUKU ITU GAMPANG



Beberapa tahun lalu, tepatnya bulan September 2007, saya resmi resign dari tempat kerja saya. Setelah keluar, saya mencoba untuk menekuni kembali hobi lama saya. Hobi saya waktu itu menulis. Lebih tepatnya menulis artikel untuk dikirim ke media.


Hingga kini, belum banyak tulisan saya yang dimuat di media. Baru tiga artikel dimuat di kolom hikmah HU. Republika (salah satu artikel saya kemudian terpilih dalam buku kumpulan tulisan kolom hikmah bulan Maret – Desember 2006 yang diterbitkan oleh Penerbit Republika), satu artikel di HU. Pikiran Rakyat, dan belasan artikel saya dimuat di tiga majalah Islam: Majalah Remaja El-Fata, Majalah Islam Ar-Risalah, dan Majalah Keluarga Nikah. Jadi, belum terlalu banyak tulisan saya yang dimuat, walaupun puluhan artikel saya lainnya tersebar di beberapa bulletin yang diasuh oleh saya sendiri dan kawan-kawan saya.


Namun,

sekarang saya ingin mencoba melangkah lebih jauh. Saya ingin menulis buku. Di samping saya ingin menyebarkan pengetahuan yang saya miliki selama ini, saya ingin menjadikan menulis sebagai pekerjaan saya. Saya ingin mendapatkan penghasilan dari menulis buku.


Oya, inilah manfaat lain dari menulis buku. Di samping menulis buku bisa dijadikan sebagai sarana untuk menyebarkan ilmu (memberi manfaat kepada masyarakat), menulis buku juga bisa dijadikan sarana untuk menghasilkan uang. Cukup banyak penulis yang telah menjadi kaya dengan menulis buku.


Kita tentu sudah tahu bahwa jika buku kita diterbitkan oleh penerbit, kita akan dapat imbalan yang biasa disebut dengan istilah “royalti”. Masing-masing penerbit berbeda dalam menentukan persentase royalti untuk penulis. Ada yang 5 % dan ada yang 10 - 15 % (dari harga buku di pasaran).


Anggap saja misalnya buku kita diterbitkan oleh penerbit dengan kesepakatan: royalti 10% dari harga pasar dan dibayarkan setiap 3 bulan sekali. Jika buku kita diberi harga Rp. 30.000 dan dicetak sebanyak 3000 eksemplar, kemudian dalam waktu 3 bulan terjual 3000 eksemplar, berarti royalti yang kita dapat sebesar: 30.000 x 3000 x 10% = 9.000.000 (Belum dipotong pajak kalo ada). Berarti kalau dirata-rata, pendapatan yang kita peroleh perbulan sebesar 3 jutaan. Lumayan, bukan?! (Ingat, ini baru penghasilan dari satu buku).


Jumlah royalti yang kita dapat akan bertambah jika buku kita dicetak dalam jumlah besar. Dan jumlahnya akan terus bertambah dan berlipat ganda jika buku karya kita bisa best seller, terjual ribuan bahkan jutaan eksemplar. Seperti misalnya buku motivasi karya Dale Carnegie yang berjudul How to Win Friends and Influence People. Buku ini, yang dalam edisi Indonesianya dihargai Rp.45.000, terjual lebih dari 15 juta eksemplar! Coba kita bayangkan, berapa besar royalti yang akan dia dapat? Besar sekali! Bisa sampai milyaran!


Di dalam negeri, kita juga mengenal cukup banyak penulis yang mendapatkan penghasilan besar dari hasil menulis buku. Misalnya saja Fauzil Adhim. Menurut pengakuannya pada HU. Republika (Jum’at 26 Agustus 2005), penulis yang biasa menulis buku-buku tentang keluarga dan pernikahan ini, dari bukunya yang berjudul ”Kupinang Engkau dengan Hamdalah” (tahun 2005 telah terjual 100.000 kopi) dia dapat royalti Rp. 15 juta sampai 25 juta perbulan. Ini baru dari satu buku. Padahal sejauh ini dia telah menghasilkan tidak kurang dari 23 judul buku yang juga menjadi buku laris di pasaran. Bayangkan sendiri, berapa uang yang dia dapat dari hasil menulis.


Atau, kita juga mengenal seorang penulis yang namanya pernah naik daun, Andrea Hirata. Katanya, lewat Laskar Pelangi-nya, dia berhasil mengantongi uang lebih dari 3,5 M! Dahsyat sekali, bukan?!


Akan tetapi, sekarang kita lupakan “sejenak” masalah uang royalti. Mari kita fokuskan diri dulu untuk belajar tentang bagaimana cara menulis buku.


*****


Sebenarnya, sebelumnya (beberapa tahun lalu, kalau tidak salah sekitar tahun 2004), saya sudah pernah menulis buku. Mungkin lebih tepatnya “nyusun” buku, karena buku itu hanya berisi tulisan orang lain yang saya susun menjadi sebuah buku. Jadi, saya cuma membuat kerangka karangan yang berisi judul-judul bab yang saya inginkan, kemudian isinya saya kutip dari beberapa buku yang sudah ada. Ada dua buku yang berhasil saya susun.


Waktu itu saya belum terlalu mengerti tentang cara/teknik menulis buku, sehingga penggarapannya saya lakukan sekehendak saya. Saya tiru saja bentuk-bentuk buku yang sudah ada. Bagi saya waktu itu, yang penting ada judul, kata pengantar, daftar isi, isi, penutup, dan daftar pustaka.


Kemudian naskah buku itu – yang setelah saya lihat-lihat lagi ternyata sangat berantakan- saya kirim ke sebuah penerbit buku lewat pos dengan diberi selembar surat pengantar dan sedikit biodata plus foto copy KTP. Namun hingga kini, saya tidak tahu nasib kedua naskah buku saya itu. Keduanya hilang tak jelas rimbanya. Sepertinya kedua naskah saya itu nyemplung ke laut yang sangat dalam dan dimakan ikan hiu. Atau, mungkin juga sudah dipakei untuk bungkus gorengan. Wallahu a’lam.


Hari berlalu dan tahun pun berganti. Pengetahuan saya tentang teknik menulis buku kian hari kian bertambah. Beberapa buku tentang kiat khusus menulis buku telah saya baca dan pelajari. Misalnya buku “Saya Bermimpi Menulis Buku” dan “Menjadi Powerful Da’i Dengan Menulis Buku”. Keduanya karya Bambang Trim. Saya juga mencari tambahan ilmu baru tentang menulis buku lewat artikel-artikel yang ada di intenet. Lewat internet, saya juga mendapat tambahan ilmu tentang menulis buku dari buku karya Mas Edy Zaqeus yang dipublikasikan di situs pembelajar.com. Judul bukunya “Jurus Jitu Menulis Buku Untuk Orang Sibuk”.


Dari membaca dan mempelajari sekian banyak teori menulis buku, saya jadi tahu langkah-langkah dalam menulis buku agar menulis buku terasa mudah. Setelah langkah-langkah itu saya praktikan, hasilnya cukup dahsyat. Dalam waktu 6 bulan, saya berhasil menulis 7 buah buku dengan rata-rata setiap buku terdiri dari 10.000-an kata.

 

*****


Alhamdulillah, kalau mau ditotal hingga sekarang, saya sudah menulis sekitar 100-an buku. Ada yang sudah dicetak dan ada yang masih berupa ebook.


Akhirnya, saya pun kini berkesimpulan bahwa ”MENULIS BUKU ITU GAMPANG!”. Yang penting kita tahu caranya. Bagaimana caranya?


Kita akan bahas di buku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar