BAB 16
KEMUNGKINAN TERBURUK
Dalam hidup terkadang kita mengalami hal-hal yang di luar dugaan. Kalau itu hal yang menyenangkan sih masih mending. Tapi terkadang, hal-hal yang tidak kita harapkan itulah yang terjadi. Dan terkadang, kita merasakan sakit karenanya. Sakit sekali malah. Maka, untuk meredamnya, hendaknya kita bersiap diri.
Bersiap diri untuk apa?
Ya, bersiap diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk!
Misalnya, kita pulang kerja malam-malam. Pakai motor. Di tengah jalan, hujan turun dengan derasnya. Tiba-tiba ban motor bocor. Bengkel jauh. Kita pun mendorong motor sambil bermandikan air hujan.
Tiba di bengkel, HP kita bunyi. Ada tulisan”YAYANGKU” di layar HP.
“Ada apa, Neng?”
“Bang, tolong sambil lewat beliin mie ayam di dekat lampu merah ya? Lagi pengen makan mie ayam nih...”
“Ok, siap! Oya, tolong nanti sampai rumah bikinin kopi ya.... Sama siapin air hangat buat mandi... Lagi di bengkel nih. Ban bocor. Mungkin pulang agak telat...”.
Pada kasus ini, bisa ada dua kemungkinan. Bagi Si Suami dan bagi Si Istri.
Kemungkinan terbaik:
Suami pulang sambil bawa mie ayam.
Istri di rumah sudah masak air panas untuk bikin kopi dan juga buat mandi.
Kemungkinan terburuk:
Suami lupa beli mie ayam karena terburu-buru. Atau, tukang mie ayamnya lagi cuti untuk batas waktu yang tidak ditentukan.
Istri ketiduran karena lama menunggu. Kopi tidak ada, air panas pun sudah kembali dingin.
Tentu akan sangat menyakitkan kalau Si Istri hanya membayangkan kemungkinan terbaik. Dalam bayangan di kepala, dia sedang menikmati mie ayam sambil ditemani teh manis hangat. Mangkok di rumah sudah dikeluarkan untuk menyambut kedatangan mie ayam kesukaan.
Kemudian, tentu akan menyakitkan juga jika Si Suami hanya membayangkan yang enaknya saja. Sambil jalan di tengah hujan, dia bayangkan sampai rumah istri sudah menyambut di depan rumah. Sambil senyum dia membawakan tas ke dalam. Kopi sudah siap dan air hangat pun sudah tersedia untuk mandi.
Tapi ternyata....
Diluar dugaan. Bahkan jauh di luar dugaan.
Bagaimana kira-kira perasaan Anda kalau menghadapi situasi seperti ini? Tentu sakit, bukan? Ngaku aja deh… Hehe...
Namun, beda halnya jika kita sudah siapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Insya Allah, sakitnya agak lebih bisa diredam. Bahkan bisa jadi terasa biasa saja. Sebab, kita sudah siapkan pemakluman-pemakluman.
Kemudian, kalau kita sudah siap dengan kemungkinan terburuk, biasanya kita juga sudah siapkan “sesuatu” untuk menghadapinya. Misalnya, pada kasus tadi, Si Istri sudah membeli beberapa bungkus mie untuk diseduh sebagai persiapan jika nanti suaminya tidak membawakan mie ayam yang dia pesan. Si Suami juga begitu. Dia sudah siapkan “tenaga ekstra” untuk memasak air sendiri, tanpa harus membangunkan istri, jika sampai di rumah ternyata dia dapati istrinya sudah tertidur pulas.
Naah… Demikian...
*****
Gimana, paham kan maksudnya?
Jurus ini bisa kita pakai dalam banyak hal. Dalam ujian sekolah, dalam bisnis, dalam pertandingan olah raga, dalam lomba-lomba, dalam melamar kerja, bahkan dalam melamar istri ke-2 (Ups! Maaf.. Ketelepasan… Semoga tidak ada yang marah.. Hehe..).
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar