Kamis, 20 Januari 2022

TERJEMAH

 ❗SALAH TERJEMAH❗


Saya setuju dengan pendapat seorang ustadz terkait buku-buku terjemahan. Hendaknya kita bersikap tengah-tengah. Tidak menolak semua, namun tidak juga menelan begitu saja. 


Maksudnya begini.


Tidak bisa dipungkiri bahwa buku terjemahan itu sangat bermanfaat. Terutama bagi kita-kita yang belum bisa bahasa Arab. Lewat buku terjemahan, kita jadi bisa menikmati isi kitab ulama yang bagus-bagus.


Namun, hendaknya kita tidak terima begitu saja isi buku terjemahan. Sebab tidak jarang didapati salah terjemah. Kita harus kritis saat membacanya. Jika menemui keganjilan, kita bisa tanya kepada orang yang faham. 


Nah...


Untuk bisa meminimalisir kesalahan dalam buku terjemah, kita bisa bertanya atau mencari informasi terlebih dahulu. Kita cari tau penerbit buku mana yang memang amanah dan profesional. 


Kemudian, kita bisa cek bagian dalam buku. Cari tau apakah buku terjemahan itu sudah melewati editor ahli. Biasanya editor ahli adalah seorang ustadz lulusan timur tengah atau minimal yang bergelar Lc.


*****


Namun, tidak semua buku terjemahan yang sudah diedit oleh editor ahli itu bersih dari kesalahan. 


Bahkan saya pernah mendapati sebuah buku terjemahan cetakan pertama yang telah diedit ustadz lulusan timur tengah, namun terdapat puluhan kesalahan. Ada salah tulisan Arab dan juga salah terjemah. 


Pada cetakan kedua, buku diedit kembali oleh editor lain dan penerbit meminta maaf atas banyaknya kesalahan pada cetakan pertama.


Jadi...


Tetap, kita harus kritis saat membaca buku terjemahan. Tidak terima begitu saja.


Kita bisa lakukan beberapa langkah berikut:


💙Pertama, kalau kita bisa bahasa Arab, coba kita cek tulisan Arab yang ada di buku terjemah. Terutama tulisan do'a. Sebab bahaya kalau kita amalkan, ternyata do'a yang kita ucapkan keliru.


Contohnya saya pernah baca dalam buku terjemahan tertulis lafazh do'a:


اللهم رب جبريل....


Padahal dalam kitab aslinya yang berbahasa Arab tertulis:


اللهم رب جبرائيل


💙Kedua, kalau ada yang ganjil coba kita cek kitab aslinya yang berbahasa Arab. Atau, kita tanya sama orang yang lebih faham dari kita.


Misalnya, saya pernah baca dalam buku terjemahan begini:


"Pada suatu hari, aku sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba Nabi saw. lewat di sampingku, seketika itu beliau menendangku seraya bersabda....".


Awal membaca saya merasa janggal. Masak sih Nabi menendang Sahabatnya ketika sedang shalat?


Saat saya cek ke kitab aslinya yang berbahasa Arab, tertulis seperti ini:


فمر بي النبي صلى الله عليه و سلم، و قد صليت، فضربني برجله و قال:


Perhatikan baik-baik dua kalimat berikut:


و قد صليت


Diterjemahkan dengan: "...aku sedang melaksanakan shalat...".


Padahal -menurut saya- tepatnya adalah: Aku sudah shalat atau aku baru saja selesai shalat.


Kemudian kalimat:


فضربني برجله


Diterjemahkan: "...seketika itu beliau menendangkau...".


Benarkah terjemahnya demikian? 


Kalau kita terjemahkan perkata memang terjemahannya begini: "...kemudian beliau memukulku dengan kakinya...".


Tapi, rasanya gimana gitu, kalau diterjemahkan seperti itu.


Saya coba tanya seorang Ustadz, kata beliau, terjemahan yang tepat menurutnya adalah "menyenggol". Dan dalam syarah haditsnya dikatakan bahwa itu dilakukan agar orang yang diajak bicara perhatian dengan apa yang ingin disampaikan. 


Wallahu a'lam.


***


Contoh lain lagi, pada buku terjemahan yang sama tertulis:


"Ummu Syarik meriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa Nabi saw. memerintahkan umat Islam untuk membunuh tokek karena tokek berbunyi ketika Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api. Sementara binatang yang lain, tidak ada yang berbunyi karena mereka ikut bersedih atas peristiwa yang menimpa Nabi Ibrahim."


Saya merasa ada yang ganjil. Setau saya selama ini cicak atau tokek boleh dibunuh karena dahulu dia membantu niup api yang digunakan untuk membakar Nabi Ibrahim 'alaihissalam, sehingga api jadi membesar. Ini yang saya tau. Bukan karena alasan berbunyi.


Karena penasaran, saya coba cek ke kitab aslinya. Ternyata di kitab aslinya tertulis begini:


و قد ثبت في ((صحيح البخاري)) من حديث أم شريك ((أن النبي صلى الله عليه و سلم أمر بقتل الوزغ و قال: كانت تنفخ على إبراهيم)).


Jadi, berdasarkan kitab asli, alasan diperintahkan bunuh cicak atau tokek karena dia تنفخ (Arti: Meniup) api yg digunakan untuk membakar Nabi Ibrahim.


Dan di kitab asli tidak ada tambahan untuk terjemahan: "Sementara binatang yang lain.... ".


Entah dari mana tambahan terjemahan ini? Apa kitab aslinya beda? Padahal saya cek tahun cetakannya sama.


Wallahu a'lam.


Demikian yang saya fahami.


Naah...


Lalu, siapa yang salah kalau begini? Penerjemah?


Belum tentu!


Sebab, berdasarkan pengalaman saja jadi penerjemah, editor bahasa, dan asisten editor ahli, saya jadi tau kalau buku terjenahan itu kadang hasil campur tangan banyak orang. Tidak hanya penerjemah.


Bisa jadi kesalahan datang dari editor ahli yang mengubah atau menambah. Atau dari editor bahasa. Atau layouter lupa masukin beberapa bagian yang sudah diperbaiki. Dll.


Tapi, intinya...


Buku terjemahan itu bermanfaat. Hanya saja, kita perlu kritis dalam membacanya. Dan juga selektif memilih buku terjemahan. 


Kalau ada kesalahan, jangan sungkan-sungkan untuk menyurati penerbit. Hendaknya kita saling mengingatkan untuk kebaikan bersama.


Ituh!


Silakan dimimum kopinya.


Wassalam.


✏Bogor, Malam Rabu 24/1/2017

✍️ Muhammad Mujianto


📒MATERI PELENGKAP UNTUK PEMULA


⏰BAHASA ARAB 5 MENIT⏰


👇VIA YOUTUBE👇

https://youtube.com/playlist?list=PLaZXzoTqr1A8gqMadakc3czqYCvxJLxcK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar