✍️Catatan Akhir Pekan
📒TANGAN DI ATAS
Suatu hari, istri saya cerita. Katanya, saat dia sedang ngobrol2 dengan beberapa orang saudaranya, tiba2 ada yang ngomong begini:
"Tumben nih Pak X belum ngasih kain sarung.. Biasanya ngasih...".
Waktu itu, momennya menjelang idul fitri.
Mendengar itu, istri saya langsung komentar.
"Jadi orang mah jangan begitu mikirnya... Mestinya, sekarang kita dikasih, besok gantian kita yang ngasih...Gitu mestinya"
Maksud istri saya, kita mestinya punya mental memberi. Jangan melulu ingin menjadi tangan di bawah. Harusnya, kita berusaha untuk menjadi orang yang tangannya di atas, suka memberi.
*****
Kalau saya perhatikan, memang banyak orang yang masih punya mental tangan di bawah. Maunya menerima terus. Tidak mau memberi.
Saya juga dulu waktu kecil suka begitu. Pinginnya menerima terus. Apalagi saat lebaran. Pinginnya dikasih persenan terus.
Tapi dulu, saya nggak pernah minta2. Kalau dikasih, ya saya terima. Tapi, kalau tidak dikasih, maka saya tidak minta.
Alhamdulillah, setelah belajar agama, saya baru tahu bahwa ternyata ada hadits yang berbunyi.
اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى
"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah". (HR. Al-Bukhari: 1427 dan Muslim: 1053)
Guru ngaji saya pernah menjelaskan hadits ini secara lengkap. Berikut ini ringkasannya:
💦PENJELASAN HADITS
Yaitu orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima, karena pemberi berada di atas penerima, maka tangan dialah yang lebih tinggi sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam .
Al-Yadus Sufla (tangan yang dibawah) memiliki beberapa pengertian:
1️⃣Makna Pertama, artinya orang yang menerima, jadi maksudnya adalah orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima. Namun ini bukan berarti bahwa orang yang diberi tidak boleh menerima pemberian orang lain. Bila seseorang memberikan hadiah kepadanya, maka dia boleh menerimanya.
Demikian juga jika ada yang memberikan sedekah dan infak kepada orang miskin dan orang itu berhak menerima, maka boleh ia menerimanya.
2️⃣Makna kedua, yaitu orang yang minta-minta, sebagaimana dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، اَلْيَدُ الْعُلْيَا هِيَ الْمُنْفِقَةُ، وَالسُّفْلَى هِيَ السَّائِلَةُ
"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan di atas yaitu orang yang memberi infak dan tangan di bawah yaitu orang yang minta-minta." (HR. Al-Bukhari: 1429 dan Muslim: 1033)
Makna yang kedua ini terlarang dalam syari’at bila seseorang tidak sangat membutuhkan, karena meminta-minta dalam syari’at Islam tidak boleh, kecuali sangat terpaksa.
Wallahu a'lam.
💦MENGUBAH SIKAP
Nah, jadi kalau saat ini kita masih punya mental tangan di bawah, saatnya kita ubah. Saatnya kita memperbaiki diri. Kita belajar menjadi orang yang tangannya selalu di atas.
Kalau dulu, kita sering menerima uang dari orang tua, sekarang gantian kita memberi uang kepada orang tua.
Kalau dulu, saat di pengajian, kita selalunya menjadi penikmat konsumi yang diberikan panitia, sekarang saatnya kita yang memberikan konsumsi untuk jama'ah.
Kalau dulu, kita sering dikasih daging kurban, sekarang gantian kita memberi daging kurban kita ke orang lain.
Insya Allah, kita tidak akan jatuh miskin dengan banyak memberi. Malahan, kita akan kaya. Kaya pahala dan kaya hati. Hidup kita akan bahagia.
Semangat berbagi✊🌹
✍️Sukakarya Bekasi, Sabtu 16 Agustus 2025
@MuhammadMujianto
DAFTAR PUSTAKA:
Selengkapnya baca di sini: https://almanhaj.or.id/13036-tangan-di-atas-lebih-baik-dari-tangan-di-bawah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar