Sabtu, 05 Juli 2025

UANG BUKAN SEGALANYA, TAPI...

 


#SERIALMENATAPSENJA


📒UANG BUKAN SEGALANYA, TAPI...


Beberapa hari lalu, seorang kawan izin untuk datang ke rumah. Dia mau curhat masalah keluarga, katanya. Akhirnya, kami sepakat bertemu sore hari ba'da Ashar di rumah kontrakan saya.


Lumayan lama kami ngobrol. Dari sore hingga berkumandang adzan Isya. Banyak hal yang kami obrolkan. Termasuk tentu saja masalah problem keluarga yang kawan saya itu ingin diskusikan.


Kawan saya itu seorang pengusaha. Bisa dibilang sudah sukses. Bahkan belum lama dia dan istrinya masuk TV untuk diwawancarai terkait usaha mereka berdua. 


Jadi,

kawan saya dan istrinya itu punya usaha. Awalnya kecil2an, masih dijalani berdua saja. Alhamdulillah, lama2 usahanya semakin maju dan berkembang. Terakhir seingat saya, dia bilang sudah punya belasan karyawan.


Tapi, semakin maju usaha, ujian hidup rumah tangga malah semakin besar. Beberapa kali dia ribut2 dengan istrinya. Dia takut rumah tangganya hancur seperti yang terjadi pada sebagian pengusaha yang malah bercerai dengan pasangan hidupnya ketika usaha semakin maju dan membesar.


Dari awal dia izin ingin ketemu dan ingin curhat masalah keluarga sebenarnya saya sudah bisa menebak. Dugaan saya, dia bakalan curhat masalah hubungan dengan istrinya. Dan ternyata benar.


Awalnya, saya tanya dia:


"Kalau urusan kewajiban masing2 gimana? Beres? Misalnya, terkait masalah makanan di rumah, mencuci baju..."


Dia bilang tidak ada masalah. 


Saya sengaja tanya hal ini karena biasanya kehidupan dalam rumah tangga akan bermasalah kalau suami dan istri tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Misalnya, suami tidak mau mencari nafkah dan istri tidak mau melaksanakan tugas rumahan (merawat rumah, menyiapkan makanan di rumah dan tugas rumahan lainnya yang umum menjadi tugasnya).


Kemudian saya tanya lagi:


"Antum jam kerjanya di rumah dari jam berapa sampai jam berapa?"


"Setelah Maghrib masih ngurusin urusan bisnis apa nggak?"


"Ibadah gimana? Masih lancar? Masih bisa khusyuk saat shalat? Masih bisa baca al-Qur'an rutin?"


Dll.


Akhirnya, saya dapati informasi bahwa setelah usahanya maju, dia malah semakin tersibukan dengan dunia. Kadang sampai larut malam masih ngurusin urusan bisnis. Ibadah rutin jadi kurang maksimal dilaksanakan.


Naah..


Ini dia sepertinya yang jadi akar masalah di rumah tangga kawan saya ini. Terlalu tersibukan dengan dunia. Akhirnya, urusan akhirat jadi terbengkalai. Sehingga hidup jadi tidak berkah.


Saya jadi teringat dengan hadits Nabi Shalallahu 'alaihi wa Sallam:


Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:


مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.


"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR. Ibnu Majah)


Intinya, kalau kita hidup untuk mengejar akhirat, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan bantu urusan kita. Sebaliknya, kalau kita hidup untuk mengejar dunia, maka urusan kita akan berantakan. Kita akan selalu merasa kurang.


***


Kemudian saya tanya lagi:


"Antum punya usaha tujuannya untuk apa?"


Dia bilang, katanya kedepannya dia mau bikin sekolah atau pesantren yang murah (bahkan mungkin gratis) untuk orang2 yang tidak mampu. 


Kemudian, saya tanya lagi:


"Memang, tujuan hidup kita ini apa sih? Apa tujuan Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan kita di dunia ini?"


Saya sampaikan ke kawan saya itu bahwa tujuan kita diciptakan ke dunia ini adalah untuk ibadah. Maka, mestinya ini yang harus ada di pikiran kita setiap hari. Gimana caranya kita bisa beribadah dengan baik kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala setiap hari?


Gimana caranya kita bisa shalat dengan khusyuk setiap hari? Gimana caranya kita zikir dan berdoa dengan khusyuk? Gimana caranya kita bisa rutin membaca al-Qur'an setiap hari? Gimana caranya kita bisa meningkatkan ilmu keagamaan setiap hari?


Itu mestinya yang lebih kita pikirkan!


Kita diciptakan ke dunia ini bukan untuk menjadi orang kaya. Bukan juga untuk membuat pesantren atau rumah gratis.


Tapi untuk ibadah!


Silakan saja menjadi orang kaya. Tidak masalah. Mau bikin sekolah gratis juga tidak masalah. Bahkan itu bagus.


Tapi, jangan sampai semua itu menjadikan kita lalai dari melaksanakan tugas utama kita, yaitu beribadah dengan baik kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.


Kemudian, saya tanya ke dia:


"Antum kayaknya terpengaruh omongan orang yang mengajarkan 'UANG BUKA SEGALANYA, TAPI SEGALANYA BUTUH UANG'?


"Iya", jawabnya sambil tersenyum 😊


Naah..


Saya dulu juga begitu. Saya pikir dulu, kalau punya banyak uang nanti bisa melakukan segala2nya. Bisa ngajak orang tua naik haji, bisa bikin sekolah gratis, bisa bantu fakir miskin, dll.


Tapi, apa yang terjadi kemudian? 


Yang ada di pikiran adalah uang, uang dan uang. Gimana caranya mencari uang banyak dalam waktu cepat.


Akibatnya, ibadah sehari2 malah jadi kurang diperhatikan. Shalat jadi tidak khusyuk. Selalu terlintas di pikiran gimana caranya strategi mendapatkan uang banyak dalam waktu cepat. Baca al-Qur'an juga jadi jauh berkurang. 


Pernah dulu, dari pagi sampai malam, saya tenggelam dalam urusan bisnis. Targetnya waktu itu, uang banyak bisa didapat dalam waktu cepat.


Namun, qadarullah, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mewujudkan apa yang menjadi keinginan saya waktu itu. Usaha belum membuahkan hasil yang diinginkan.


Akhirnya, karena sudah lelah dalam mengejar dunia, saya pun tersadar. Sepertinya ada yang salah dalam diri ini. Uang memang buka segalanya, tapi...


Segalanya butuh IMAN!


Ya, segalanya butuh iman, bukan butuh uang. Imanlah yang utama. Imanlah yang kita butuhkan untuk meraih sukses hidup di dunia dan akhirat.


Kalau di pikiran kita selalu ada iman, maka kita akan tergerak untuk terus melakukan pendekatan2 kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kita akan tergerak untuk terus meningkatkan ibadah kita sehari2 agar iman terus bertambah dan meningkat.


Kemudian, saat kita bekerja, mencari uang, kalau iman yang ada di benak kita, maka kita akan terhindar dari pekerjaan dan transaksi yang haram. Kita juga akan teringatkan agar meniatkan kerja dalam rangka mencari pahala dan menjadikannya sarana untuk membantu meningkatkan keimanan.


Dengan begitu, Allah Subhanu wa Ta'ala akan cinta kepada kita. Kalau Allah Subhanahu wa Ta'ala sudah cinta, maka hidup kita akan bahagia. Urusan hidup kita akan beres. Dan yang terpenting, kita akan dimasukan Allah Subhanahu wa Ta'ala ke Surga-Nya.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an  surat an-Nahl ayat 97:


مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan DALAM KEADAAN BERIMAN, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.


***


Akhirnya, saya cuma bisa memberikan masukan ke kawan saya itu:


💦 Perbaiki kembali tujuan hidup kita di dunia ini.


💦 Gunakan hidup untuk mengejar akhirat, bukan mengejar dunia.


💦 Lakukan terus pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.


💦 Menej waktu dengan baik. Kalau sudah bersama keluarga, jangan lagi mengurus bisnis dan pekerjaan.


💦 Jangan tergesa2 untuk menjadi orang yang sukses. Bertahap saja. Nikmati prosesnya.


Demikian kurang lebih yang bisa saya sampaikan ke dia.


Sengaja saya ceritakan lewat tulisan ini supaya bisa jadi pengingat untuk saya dan juga bisa diambil manfaatnya untuk orang lain yang membacanya.


Wallahu a'lam.


Wassalam.


🖊️Perum Bukit Asri Ciomas Bogor Sabtu, 5 Juli 2025

@MuhammadMujianto


Insya Allah, tulisan ini akan dimasukan ke dalam buku kumpulan tulisan "MENATAP SENJA".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar