BAB 14
MAMA... JAJAAN…!
Dahulu, ucapan ini begitu sering saya dengar. Ucapan ini berasal dari anak-anak tetangga di sekitar rumah.
MAMA... JAJAAN...!
Kadang suara ini terdengar di pagi hari. Kadang di siang dan sore hari. Suara ini berasal dari anak-anak kecil usia sekitar 2-3 tahunan.
Kadang mereka mengucapkannya berkali-kali. Seringnya sambil merengek-rengek. Jika tidak dikabulkan keinginannnya, mereka pun menangis sekencang-kencangnya. Mereka tidak peduli, apakah orang tuanya sedang punya uang atau tidak. Pokoknya jajan, titik!
Barangkali Anda juga tidak asing dengan ucapan ini. Atau, bisa jadi mungkin malah datang dari anak-anak Anda sendiri di rumah.
*****
Memang, ucapan ini bukanlah sebuah ucapan yang aneh. Ini adalah ucapan yang biasa dan memang sering terdengar di mana-mana.
Namun, saya ingin mengajak kita semua untuk merenung sejenak. Mari kita luangkan waktu untuk mengingat kejadian beberapa tahun silam. Mungkin puluhan tahun silam.
Ternyata, kita juga dulu sering mengucapkan kata-kata ini. Dahulu, kita juga sering merengek-rengek kepada orang tua kita untuk dibelikan sesuatu. Kalau tidak dituruti kadang kita akan menangis, bahkan mungkin ngamuk guling-guling. Kita tidak mau tahu keadaan orang tua kita. Kita tidak peduli, apakah orang tua sedang punya uang atau tidak.
Kalau sudah tidak ingat lagi, coba tanyakan saja kepada orang tua kita masing-masing. Saya yakin mereka masih ingat dengan semua itu.
Alhamdulillah, sekarang kita sudah tumbuh dewasa. Kita sudah berkeluarga. Bahkan mungkin banyak diantara kita yang kini sudah punya anak dan cucu. Kita juga sudah bisa mencari nafkah sendiri.
Namun, masih ingatkah kita dengan kejadian masa kecil dulu? Masih ingatkah kita betapa dulu sering membuat repot orang tua kita? Masih ingatkah kita betapa dulu sering meminta kepada orang tua kita?
Lalu, setelah kita sukses seperti sekarang ini, apa yang sudah kita berikan kepada orang tua kita untuk membalas jasa mereka? Apa yang sudah kita persembahkan kepada orang tua kita untuk membahagiakan mereka?
Saat kita menerima gaji setiap bulan misalnya, adakah nama orang tua kita terlintas di benak untuk menjadi daftar orang-orang pertama yang akan kita traktir? Saat kita menerima rezeki melimpah, adakah nama orang tua terdaftar sebagai orang-orang yang pertama akan kita bahagiakan dengannya?
Atau, jangan-jangan... Kita malah lebih ingat dengan teman-teman kita… Kita malah lebih mengutamakan teman-teman kita daripada orang tua kita…
Semoga saja tidak!
*****
Sengaja saya buat tulisan ini untuk mengingatkan diri saya (khususnya) dan kita semua (pada umumnya) agar peduli dengan keadaan orang tua. Agar kita perhatian dengan kondisi orang tua. Tidak melupakannya.
Jika mereka sekarang dalam keadaan baik, hendaknya kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita doakan agar mereka senantiasa berada dalam lindungan Allah Subhanhu wa Ta’ala.
Namun, jika sebaliknya, hendaknya kita bantu sekuat tenaga kita. Dan, kita jangan perhitungan saat membantu orang tua, sebagaimana mereka dulu juga tidak perhitungan saat merawat dan membesarkan kita. Kalau mereka pinjam uang, kita berikan saja uang itu. Jangan kita hitung sebagai hutang. Insya Allah, kita akan dibalas dengan yang lebih baik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena telah menyenangkan hati orang tua.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
أَحَبُّ
النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ
لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى
اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى
مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً،
أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَينًا،
أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا
“Manusia
yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat untuk
manusia lainnya.
Amalan
yang paling dicintai Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke
hati seorang Mukmin,
atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya, atau engkau
membayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya.
(HR. Ath-Thabrani)
*****
Jika sekarang orang tua kita telah tiada, maka hendaknya kita terus mohonkan ampun untuk mereka. Kita selalu doakan mereka di sujud kita dalam shalat, di sepertiga malam yang akhir, dan di waktu-waktu mustajab lainnya.
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
“Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil."
Kita juga bisa bersedekah atas nama orang tua yang telah meninggal dunia. Insya Allah, pahalanya akan sampai ke mereka.
Barangkali ini saja. Semoga uraian ini bisa menjadi pengingat untuk kita semua. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berbakti kepada kedua orang tua.
Amiin….
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(QS. Al-Isra [17]: 23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar