BAB 26
MENGAJAR
Ilmu akan semakin melekat kuat kalau dimuroja'ah. Sebaliknya, ilmu akan mudah terlupakan jika tidak diulang-ulang.
Saya pernah mengalami keadaan, beberapa kaidah Nahwu Shorof lenyap dari ingatan. Padahal saya pernah mempelajarinya. Penyebabnya karena saya sudah tak pernah lagi buka-buka buku pelajaran bahasa Arab. Kesibukan dunia telah membuat saya harus menyimpan buku-buku bahasa Arab saya, dan tidak membacanya lagi.
*****
Banyak cara tentunya yang bisa kita lakukan untuk muroja’ah. Misalnya, dengan membaca kembali buku-buku yang sudah pernah kita pelajari. Atau, dengan membaca materi yang sama dari banyak buku.
Namun, dari beberapa cara muroja'ah yang pernah saya lakukan, yang paling bagus menurut saya adalah muroja'ah dengan cara MENGAJAR. Kenapa demikian?
Sebab, dengan mengajar, berarti kita sedang mengulang-ulang ilmu yang pernah kita pelajari. Kemudian biasanya, sebelum mengajar, kita akan melakukan persiapan. Terkadang, kita harus buka banyak referensi untuk persiapan mengajar. Dengan begitu, disamping kita semakim paham, wawasan kita juga jadi bertambah.
Terkadang juga, saat mengajar, ada saja pertanyaan siswa yang jawabannya harus kita cari dulu di berbagai referensi. Kadang harus buka-buka internet dulu untuk mencari jawaban yang memuaskan. Ilmu kita jadi bertambah.
Nah, inilah alasan kenapa mengajar itu bagus untuk dijadikan sarana muroja'ah.
*****
Saya sudah lupa, kapan awal kali mengajar bahasa Arab. Seingat saya, ketika awal-awal belajar bahasa Arab (sekitar tahun 2000-an), saya sempat mengajar. Tapi tidak rutin.
Saya baru mulai mengajar rutin sepulang dari mengikuti dauroh bahasa Arab di Gresik. Seringnya saya mengajar untuk kawan-kawan mahasiswa IPB di daerah Dramaga. Waktu itu, saya masih tinggal di sekitaran Kampus IPB Dramaga.
Kitab panduan yang sering saya gunakan adalah kitab Al-Muyassar fi Ilmin Nahwi karya Al- Ustadz Aceng Zakariya hafizhahuhullah. Saya pilih kitab ini karena ringkas, sehingga cocok untuk pemula yang baru belajar bahasa Arab. Cara penyusunan kitabnya menurut saya juga bagus. Sitematis. Sehingga mudah untuk dipahami.
Selain kitab Al-Muyassar, saya juga pernah mengajarkan kitab Mulakhosh. Tapi cuma sekali, dan itupun tidak sampai selesai. Seringnya saya mengajar kitab Al-Muyassar. Sebab, kebanyakan orang yang saya ajarkan bahasa Arab masih pemula. Sehingga tentu saja kitab yang saya gunakan adalah kitab dasar yang cocok untuk pemula. Adapun kitab Mulakhos digunakan untuk tingkat lanjutan.
*****
Dari beberapa kali mengajar, seingat saya, baru tiga kali bisa selesai membahas kitab Al-Muyassar dari awal sampai akhir. Sisanya, selalu berhenti di tengah jalan. Kadang baru sampai setengah kitab, majelis pun bubar. Banyak hal yang menyebabkan pembelajaran tidak sampai selesai.
Saya waktu itu belum mendapati kitab yang cocok untuk pemula selain kitab Al-Muyassar. Makanya, kitab ini yang selalu saya ajarkan. Sayangnya, kitab ini masih berbahasa Arab. Sehingga perlu guru untuk mengajarkannya.
Kalau siswa saya tidak hadir, maka dia tidak bisa baca-baca sendiri kitab Al- Muyassar di rumah. Dan kalau dia tidak berusaha mengejar materi yang tertinggal, maka dia akan kesulitan untuk mengikuti materi berikutnya.
Sebab, materi bahasa Arab itu saling berkaitan. Kalau materi sebelumnya kita tidak paham, maka kita akan sulit untuk memahami materi berikutnya.
Ini juga yang menjadi sebab banyak majelis pembelajaran bahasa Arab tidak awet. Siswanya tidak semua bisa rutin hadir. Kalau sudah tidak hadir sekali dua kali, biasanya nanti ujung-ujungnya dia akan berhenti belajar. Karena siswa yang belajar semakin berkurang, akhirnya majelis pun biasanya dibubarkan.
Kenyataan ini banyak dijumpai dimana-mana. Saya sendiri pernah mengalaminya beberapa kali. Baik ketika saya berposisi sebagai pelajar atau sebagai pengajar.
Ketika itu, saya berpikir begini. Gimana caranya supaya para siswa tetap bisa belajar bahasa Arab meskipun tidak hadir di kelas. Mereka bisa baca dan pahami sendiri lewat buku panduan. Jadi, meskipun mereka tidak hadir di kelas, mereka tetap bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
Akhirnya, muncul ide untuk menulis buku panduan belajar bahasa Arab yang bisa dengan mudah dipelajari secara otodidak. Lahirlah di kemudian hari SERIAL KITAB FAHIMNA (10 JILID).
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar