Sabtu, 16 November 2024

KRITIKAN UNTUK USTADZ FIRANDA!

 


❗KRITIKAN UNTUK USTADZ FIRANDA❗


Saya ingin mengambil pelajaran dari kritikan terhadap Ustadz Firanda hafizhahullah yang ada di sini:


https://www.facebook.com/share/r/19drpgR8bW/?mibextid=oFDknk


Pertama, saya melihatnya bukan sebuah kritikan. Tapi lebih ke arah perendahan. Saya yakin, orang lain juga banyak yang berpandangan sama dengan saya ini.


Kalau memang demikian, saya khawatir ilmu kita jadi tidak berkah kalau sikap kita seperti ini. Seharusnya, semakin berilmu, kita semakin tawadhu. Kita semakin takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kita semakin sayang kepada sesama manusia, terutama kepada sesama Muslim.


Semoga si pengkritik tidak bermaksud demikian.


Kemudian..


Kedua, Ustadz Firanda adalah seorang doktor. Bukan kaleng2 doktornya. Beliau belajar di Universitas Islam Madinah. Beliau kuliah S1, S2 dan S3 di sana. Lulus pun dengan prestasi yang membanggakan. 


Beliau juga sudah menulis karya ilmiyah berbahasa Arab. Sudah diuji pula oleh para ulama. Jadi, bukan karya tulis yang asal tulis. 


Maka, mungkinkah beliau tidak paham bahasa Arab???


Mustahil!


Ketiga, dalam video yang dikiritisi, beliau mengatakan:


"Tanda utama isim nakiroh adalah tanwin...".


Maka, ini ada beberapa kemungkinan:


Pertama, beliau keseleo lidah alias salah ucap. Seharusnya beliau tidak menginginkan begitu. Sebab, tanwin itu tidak hanya terdapat di isim nakiroh. Ada juga di isim makrifat semisal:


ZAIDUN... MUHAMMADUN... DLL.


Jika memang salah, maka wajar kalau ada guru salah ucap saat mengajar. Banyak sebab nya. Bisa karena lupa, bisa karena lelah, bisa karena kurang konsentrasi, dll. 


Kalau memang niat kita baik untuk meluruskan, seharusnya kita konfirmasikan langsung kepada beliau. Atau, jika tidak, kita gunakan bahasa yang baik semisal:


"Setahu saya yang benar begini... Karena alasannya... Adapun yang beliau sampaikan keliru... Karena alasannya....".


Nah, demikian.


Kedua, bisa jadi beliau memang sedang memudahkan dan meringankan penjelasan kepada para pemula. Sebab memang, isim nakiroh kebanyakannya bertanwin. Meskipun tidak semua isim bertanwin itu isim nakiroh.


Sama halnya orang yang mendefinisikan isim dengan kata benda. Padahal, isim itu tidak cuma kata benda. Bisa kata sifat, keterangan waktu, keterangan tempat, dll.


Namun, untuk memudahkan pemula, cukup didefinisikan dengan kata benda. Tujuannya untuk memudahkan saja.


Kalau kita tidak setuju dengan cara ini, ya silakan saja. Silakan kita mengajar pakai cara yang kita mau.


Adapun merendahkan orang lain, maka jangan kita lakukan. Ingat sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam:


الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ


“Seorang muslim adalah yang  kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. (HR. Al-Bukhari)


Jangan kita menjadi seperti yang dikatakan Imam Syafi'i rahimhullah:


وَعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ


 وَلَكِنَّ عَيْنَ السُّخْطِ تُبْدِي الْمَسَاويَا


"Mata yang penuh keridhoan akan buta terhadap kekurangan, 


akan tetapi mata yang penuh kebencian akan menampakkan segala keburukan."


Nasihat saya untuk kita semua... 


Ingatlah selalu firman Allah (yang artinya):


"Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil, karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Maidah ayat 8)


Wallahu a'lam.


@MuhammadMujianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar