Selasa, 17 Januari 2017

MEMAHAMI TAKBIRATUL IHRAM




>>> LAFAZH TAKBIRATUL IHRAM

اَللهُ أَكْبَرُ
Allah Maha Besar






>>> PELAJARAN PENTING<<<


>> PELAJARAN 1
Takbiratul Ihram (تَكْبِيْرَةُ الْإِحْرَامِ) adalah termasuk rukun shalat. Maka shalat tidak sah tanpa mengucapkan takbiratul ihram.

>> PELAJARAN 2
Lafazh “تكبيرة” berbeda dengan “تكبير”. Lafazh “تكبير” adalah mashdar ashli, sedangkan lafazh “تكبيرة” adalah mashdar marrah (مَصْدَرُ الْمَرَّةِ).

Mashdar Marrah adalah mashdar yang menunjukkan satu kali kejadian. Misalnya: “ضَرْبَةٌ” (Satu pukulan), “لُقْمَةٌ” (Satu suapan), “لَيْلَةٌ” (Satu malam), dll.

Jadi, lafazh تكبيرة” artinya adalah: satu kali pengucapan takbir.

>>> PELAJARAN 3
Lafazh “الإحرام” adalah mashdar dari “أَحْرَمَ – يُحْرِمُ - إِحْرَامًا”, yang artinya “Mengharamkan”.

Dinamakan TAKBIRATUL IHRAM karena takbir ini mengharamkan orang yang shalat dari melakukan perkara halal yang bukan termasuk bagian dari shalat, seperti: makan, minum, ngobrol, dll., hingga selesai pelaksanaan shalat (setelah salam).
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Pembuka sahnya shalat adalah bersuci,  sesuatu yang menyebabkan haramnya hal-hal yang bertentangan dengan shalat adalah ucapan takbir dan yang menyebabkan halalnya hal-hal itu kembali adalah ucapan salam” (HR. Abu Daud no. 61, Tirmidzi no. 3,  Syaikh Al Albani menshahihkannya dalam Al-Irwa`: 301). [Dikutip dari https://muslim.or.id/25230-mengungkap-keindahan-bertakbir-dalam-shalat-1.html)
>>> PELAJARAN 4

Siapakah Allah?

Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Pencipta kita, Pemberi rezeki, dan Pengatur alam semesta. Oleh karena itu, hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang berhak untuk diibadahi. Tidak boleh kita palingkan ibadah kepada selain-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الله لا إله إلا هو الحي االقيوم

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)…”. (QS. Al-Baqarah [2]: 255)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berada TINGGI di ATAS seluruh makhluk-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

سبح اسم ربك الأعلى

“Sucikanlah nama Tuhan-mu (Allah) Yang Maha Tinggi”. (QS. Al-A’laa [87]: 1)

>>> PELAJARAN 5

Asal Lafazh Allah الله adalah Al-Ilaah الإله yang artinya مألوه (Yang Disembah). Kemudian, huruf hamzahnya dibuang untuk meringankan ucapan, karena sering digunakan. Sehingga jadilah lafazh الله. (Silakan baca di: https://muslimafiyah.com/asal-kata-lafdzu-jalalah-allah-beberapa-faidah-bahasa-arab.html )

>>> PELAJARAN 6

Allahu Akbar artinya adalah Allah Maha Besar. Maksudnya: Allah Maha Besar dari segala sesuatu. Dan segala sesuatu itu hina di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):

“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar [39]: 69)

“Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Jaatsiyah [45]: 37)

Oleh karena itu, di saat kita memulai shalat, hendaknya kita hadirkan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hati kita. Hendaknya kita fokus hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak memikirkan hal-hal selain-Nya.

>>> PELAJARAN 7

Ada beberapa kesalahan yang biasa terjadi di tengah-tengah masyarakat dalam pengucapan lafazh takbiratul ihram. Diantaranya sebagai berikut:

1.      Memanjangkan harokat huruf ALIF pada lafazh “الله” menjadi “آلله”. Sehingga seakan-akan ada penambahan huruf HAMZAH ISTIFHAM yang membuat artinya menjadi “APAKAH ALLAH (MAHA BESAR)?”.



Hal ini seperti dalam QS. Yunus (10) ayat 59:

قُلْ ءَآللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ

“Katakanlah: ‘Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu…’”

2.      Memanjangkan huruf “ب” pada lafazh “أكبر” menjadi “أكبار”. Sehingga artinya menjadi “(ALLAH ADALAH) GENDANG”. Sebab “أكبار” adalah bentuk jamak taksir dari “كَبْرٌ” yang artinya GENDANG/BEDUG (Lihat Kamus Al-Munawwir hal. 1183). Na’udzu billah min dzalik! Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari melakukan kesalahan-kesalahan semacam ini.


3.      Membaca huruf Lam pada lafazh “الله” dengan tipis (tarqiq), sehingga menyerupai orang-orang Nashrani saat mengucapkan tuhan A-lah.

Wallahu a’lam.


>>> TUGAS KITA SEMUA

Saat mengucapkan takbiratul ihram di awal shalat, hendaknya kita hadirkan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita lupakan sejenak urusan-urusan dunia. Hendaknya kita fokus menghadap kepada-Nya.

Semoga bisa menambah kekhsuyu’an kita dalam shalat.



Bogor, Rabu 18/1/2017
Muhammad Mujianto al-Batawie
(Pengasuh Blog: http://kitabfahimna.blogspot.com)


>>> BAHAN BACAAN
·         Fathul ‘Aliim fi Syarh Ad’iyyah wa Adzkaar As-Shalah minat Takbir ilat Taslim karya Husain bin Audah Al-Awayisah
·         Dll.

1 komentar: