Laman

Jumat, 15 April 2022

AKU & BAHASA ARAB (BAB 21): DAUROH BAHASA ARAB (1)

 


BAB 21

DAUROH BAHASA ARAB (1)



Menurut saya, diantara cara belajar terbaik adalah belajar yang berkelanjutan meskipun sedikit. Tidak masalah, misalnya, sehari kita cuma belajar satu jam. Yang penting belajarnya kontinyu, terus berkelanjutan.

Kalau kita bisa istiqomah dengan cara ini, insya Allah, beberapa bulan kedepan, kita akan merasakan perubahan yang luar biasa. Tapi dengan catatan, belajarnya fokus, tidak melakukan kegiatan sambilan yang bisa mengganggu konsentrasi.

Namun, sambil melakukan kegiatan belajar seperti ini, adakalanya kita perlu juga belajar intensif. Maksudnya, kita belajar dalam waktu yang lebih lama dari biasanya. Misalnya, dalam sehari kita belajar sekitar lima jam. Bahkan kalau bisa lebih dari itu.

Teknisnya begini. Misalnya,

setiap hari kita belajarnya rutin satu jam. Tapi, di hari libur yang kita tidak punya kegiatan lain, coba kita gunakan liburan untuk belajar intensif. Kalau bisa seharian kita belajar. Dari pagi sampai malam. Kita buat dauroh kecil-kecilan di rumah.

Ketika belajar intensif, kita bisa muroja'ah materi yang sudah kita pelajari selama ini. Bisa juga kita pelajari materi baru. Bebas saja.

Lebih bagus lagi, kita bisa ikut dauroh (training) bahasa Arab intensif. Belajarnya bisa lebih fokus. Lingkungan pun mendukung. Yang lebih penting lagi, kita akan dibimbing langsung oleh guru. Tidak belajar dan memahami sendiri.

Berdasarkan pengalaman saya belajar selama ini, training bahasa Arablah yang paling memberi manfaat bagi kemajuan ilmu bahasa Arab saya.

*****

Alhamdulillah, saya pernah ikut dauroh bahasa Arab selama sekitar sebulanan. Dauroh membahas kitab Mulakhos Qowa’id Al-Lughah Al-’Arabiyyah (Nahwu-Shorof Lanjutan) karya Fuad Ni’mah. Tempat pelaksanaannya di Pondok Pesantren Al-Furqon Gresik Jawa Timur. Dua kali saya ikut dauroh di sana. Pertama tahun 2003, dan kedua tahun 2009.


Saya masih ingat guru-guru saya waktu itu:

  1. Ust. Aunur Rofiq hafizhahullah

  2. Ust. Abu Nu'aim rahimahullah

  3. Ust. Ahmad Sabiq hafizhahullah

  4. Ust. Anwari hafizhahullah

  5. Ust. Abu Muhammad hafizhahullah

Lama belajarnya sekitar satu bulanan. Belajar dari pagi ba'da Subuh sampai malam sekitar pukul 21.30 WIT. Waktu itu, setelah shalat Subuh, kami masuk kelas untuk belajar. Jam 7-an istirahat untuk makan, mandi, dll.

Jam 8-an masuk kelas lagi. Sekitar jam 9-an istirahat sebentar. Kemudian belajar lagi sampai menjelang Zuhur. Dari Zuhur ke Ashar full istirahat.

Ba' da Ashar, lanjut belajar lagi hingga menjelang Maghrib. Lalu, istirahat hingga Isya. Setelah Isya, belajar lagi sampai sekitar jam setengah 10 malam.

Seperti ini kurang lebih jadwal dauroh setiap hari. Kami belajar enam hari dalam sepekan. Hari Jum'at libur.

Dalam sepekan, ada dua kali ujian dan dua kali muroja’ah. Sesi muroja’ah dibimbing langsung oleh mudir pondok pesantren, yaitu Ust. Aunur Rofiq hafizhahullah.


Ada yang unik dari cara beliau mengajar. Beliau sering mengajukan pertanyaan yang menjebak. Misalnya beliau bertanya: “Ini isim madhi atau isim mudhore?”


Tentu saja, kedua pilihan ini salah. Tidak ada isim madhi atau isim mudhore. Yang ada fi’il madhi dan fi’il mudhore.


Kalau peserta masih konsentrasi, dia tentu akan bisa menjawab dengan benar. Dia tidak terpengaruh dengan pertanyaan jebakan ini.


Menurut saya, cara ini bagus juga dipakai untuk menguji konsentrasi siswa. Sekaligus bisa mencairkan suasana. Sebab biasanya, banyak siswa yang terjebak. Sehingga mengundang tawa bagi peserta yang lain. Rasa kantuk pun jadi sedikit hilang.


*****

Peserta dauroh berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Rata-rata masih berusia muda. Namun, ada juga yang sudah berusia lanjut. Diantaranya Pak Utsman. Saya duduk sebangku dengan beliau.


Saya tidak tahu persis berapa usia beliau waktu itu. Mungkin antara 60-70 tahun. Rambut dan jenggotnya sudah memutih. Namun beliau sangat bersemangat mengikuti pelajaran.


Ada yang menarik dari Pak Utsman ini. Sebelum dauroh, beliau ikut kursus bahasa Arab dulu di rumah. Tujuannya agar bisa masuk kelas lanjutan saat dauroh. Tidak lagi belajar dari dasar. Akhirnya, kami bisa belajar bersama di kelas lanjutan.


Menurut saya, apa yang dilakukan Pak Utsman ini patut dicontoh oleh siapapun yang ingin mengikuti dauroh bahasa Arab. Hendaknya kita lakukan persiapan dulu di rumah. Jangan sampai kita datang dengan kepala kosong.


Kalau bisa, di rumah sudah belajar Nahwu dan Shorof tingkat dasar. Supaya saat dauroh, kita tinggal muroja'ah dan melengkapi apa yang kurang saja.


*****


Saat dauroh, ada sebuah kejadian berkesan yang masih terus saya ingat sampai sekarang. Ceritanya begini…


Ketika mengikuti dauroh, saya sudah punya dasar bahasa Arab. Sehingga materi yang diajarkan di kelas bisa saya pahami dengan baik. Nilai ujian pekanan saya pun bagus-bagus. Banyak mendapat nilai 100.


Hingga suatu ketika, di akhir-akhir dauroh, saya mulai sedikit jenuh. Menurut saya, materi yang diajarkan bisa saya baca sendiri. Akhirnya, pernah sekali saya tidak masuk kelas.


Ternyata, saat saya tidak masuk kelas, materi yang diajarkan adalah materi yang belum pernah saya pelajari selama ini. Kemudian, materi itu ditanyakan dalam ujian pekanan. Sehingga saya pun tidak bisa menjawabnya.


Waktu itu, beberapa peserta dauroh menyangka saya akan masuk tiga besar peserta terbaik dengan nilai rata-rata ujian pekanan tertinggi. Saya juga punya dugaan begitu. Sebab, nilai saya waktu itu bagus-bagus. Hanya nilai ujian terakhir saja yang saya tidak tahu, karena kertas jawaban ujian tidak dikembalikan.


Ternyata, dugaan saya keliru. Saya tidak masuk ke dalam urutan tiga besar peserta terbaik.


Agak sedikit kecewa juga saya waktu itu. Namun, saya akhirnya sadar. Ini semua adalah akibat dari kesalahan saya yang pernah menganggap remeh pelajaran di kelas.


*****

Alhamdulillah, sepulang dauroh, wawasan bahasa Arab saya jadi semakin jauh bertambah. Saya jadi semakin mudah dalam membaca dan menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab.

Jadi, bagi teman-teman yang ingin bisa bahasa Arab, silakan coba cara ini. Ikuti dauroh-dauroh bahasa Arab yang ada. Insya Allah, akan banyak manfaatnya.


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar