📒 BELAJAR DARI SI "S"
Pertama kali saya ketemu Si S tahun 1999. Waktu itu, kami sama2 menjadi peserta training ilmu2 keislaman selama 10 hari di Bogor. Pesertanya berasal dari seluruh Indonesia.
Waktu itu, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Saya ditunjuk menjadi salah satu ketua kelompok. Salah satu anggota kelompok saya adalah Si S.
Beliau lebih tua dari saya. Waktu itu saya masih mahasiswa. Beliau sepertinya sudah berkelurga waktu itu, saya lupa.
Setelah berinteraksi dengannya, saya jadi tahu bahwa Pekerjaan Si S adalah jualan minyak wangi.
Tempat dia berjualan tidak tetap. Berpindah-pindah. Dari satu masjid ke masjid yang lainnya, dari satu tempat kajian ke tempat kajian lainnya.
Meskipun penghasilannya tidak seberapa, namun Si S ini saya kenal sebagai orang yang suka berbagi. Dia tidak pelit.
Pernah suatu ketika, saya bertemu dia sedang berjualan di depan gerbang masjid UI Depok. Saat kami berdua sedang asyik ngobrol, tiba-tiba dia menyelipkan 2 botol minyak wangi ke kantong baju saya.
“Ini, buat Antum”.
Karena sudah dikasih, saya pun tak bisa menolaknya.
Ternyata, ada hadits Nabi yang melarang kita untuk menolak hadiah berupa minyak wangi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ عُرِضَ عَلَيْهِ طِيبٌ فَلاَ يَرُدَّهُ فَإِنَّهُ خَفِيفُ الْمَحْمَلِ طَيِّبُ الرَّائِحَةِ
"Siapa yang ditawari minyak wangi, janganlah dia menolaknya. Karena minyak wangi itu ringan diterima, dan baunya harum. (HR. Ahmad: 8264, Nasai: 5276 dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).
Juga disebutkan dalam hadis lain, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
ثَلاَثٌ لاَ تُرَدُّ الْوَسَائِدُ وَالدُّهْنُ وَاللَّبَنُ
"Ada 3 hal yang tidak boleh ditolak, bantal untuk duduk, minyak wangi, dan susu. (HR. Tirmidzi: 3020, Al-Baghawi: 3173, dan dihasankan Al-Albani)
Ulama menjelaskan bahwa larangan dalam hadits ini sifatnya makruh saja, tidak sampai pada derajat haram.
Lalu, apa alasan kita dilarang menolak pemberian ini?
Ulama berbeda pendapat. Diantaranya ada yang mengatakan bahwa larangan ini tujuannya untuk memperhatikan kondisi perasaan pemberi minyak wangi. Karena ketika hadiahnya ditolak, bisa jadi dia sakit hati. Karena itulah, dalam hadis di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyebutkan alasan mengapa dilarang menolak hadiah minyak wangi, karena benda ini ringan diterima, sehingga tidak selayaknya ditolak.
Wallahu a'lam.
*****
Pernah juga, saya berjumpa dengannya saat sedang berdagang di depan gerbang masjid daerah Blok M Jakarta Selatan. Waktu itu, saya tidak sengaja berjumpa dengannya. Saya tidak tahu kalau dia berjualan di masjid itu.
Kami pun kemudian asyik ngobrol, sambil menanyakan kabar karena sudah sekian tahun lamanya tidak bertemu.
Namun, tiba-tiba, saat sedang asyik ngobrol, dia memesan ketoprak untuk saya. Karena sudah terlanjur dipesan, saya pun tidak bisa menolak.
Saya jadi teringat dengan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari: 5534 dan Muslim: 2628)
Dari Si S, saya pernah dapat minyak wangi gratis. Selain itu, saya juga dapat kebaikan lainnya 😁
***
Ada satu hal lagi yang saya kagum dengan Si S ini. Yaitu, tawakkalnya dia kepada Allah dalam urusan rezeki. Meskipun dia sehari-harinya berjualan minyak wangi, namun dia tidak takut orang lain menyaingi usahanya.
Terkadang, ada orang yang berjualan barang tertentu, namun ketika ditanya: Belanja barangnya di mana mas yang murah? Nyetak buku di mana yang harganya murah?……………Dll.
Diapun segera bilang:
“Oh, rahasia! Cari saja sendiri!”.
Beda dengan Si S. Dia tidak begitu. Dia tidak takut tersaingi.
“Ane belanja minyak wangi biasanya di Tanah Abang. Ane bisa dapet murah. Kalo Antum mau, ntar Ane anterin. Soalnya kalo orang baru, ntar jatohnya bisa mahal. Kalo belanja bareng Ane ntar Antum bisa dapet harga murah” demikian jelasnya kepada saya pada suatu ketika.
Dia pun pernah berkata:
“Silahkan aja kalo Antum mau jualan minyak wangi juga. Ane sih nggak masalah. Rezeki udah diatur….”.
Demikian sedikit kisahnya.
Semoga bisa diambil hikmahnya.
Wassalam.
✍️ Perumahan Bukit Asri Ciomas Bogor, Selasa 5 Agustus 2025
@MuhammadMujianto
DAFTAR PUSTAKA:
https://konsultasisyariah.com/32297-rahasia-larangan-menolak-pemberian-minyak-wangi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar