NGAPAIN SIH NULIS BUKU ?
“Ngapain sih nulis buku? Nulis buku kan susah. Harus baca banyak literatur. Belum nyusun kata-kata yang bagus dan sesuai kaidah EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Nilai Bahasa Indonesia saya aja cuma dapet 5,5. Itupun hasil nyontek. Jadi, bagaimana mungkin bisa nulis buku! Pokoknya susah deh! Susah…Susah…Susaaaaaah…!!!”
Eeh, sabar dulu, Bro! Jangan teriak-teriak gitu. Malu tuh diliatin banyak orang. Belum nyoba kok udah bilang susah. Coba dulu atuh. Baru kemudian bisa bilang susah. Kalo belum dicoba, darimana kita tahu kalo nulis buku itu susah. Ya, nggak?!
Lagian, nulis buku itu nggak susah kok. Serius. Buktinya,
ada orang yang sekolah SD aja nggak tamat tapi bisa nulis buku. Udah gitu bukunya best seller lagi. Trus, ada juga lho pembantu rumah tangga yang bisa nulis buku. Anak-anak kecil sekarang (yang masih SD) banyak juga kok yang bisa nulis buku. Pokoknya menulis buku itu nggak susah kok. Menulis buku itu guampang. Kalo nggak percaya, coba deh kamu baca buku ini sampai selesai. Nanti kamu bakalan tau sendiri kalo menulis buku itu memang gampang pang...pang...paaaang....
Trus, kenapa sih kok harus nulis buku, kenapa nggak nulis tembok rumah tetangga aja?
Yee…itu mah vandalisme namanya. Nggak boleh kita nulis-nulis tembok rumah tetangga. Ntar kalo dimarahin sama yang punya rumah baru tahu rasa lho! Daripada nulis-nulis tembok tetangga, mendingan nulis-nulis tembok sekolah (Lho, kok!) Eh, nggak…nggak….becanda he...he.... Mendingan kamu nulis buku aja. Dijamin banyak manfaatnya deh. Pingin tahu apa aja manfaatnya?
Karena manfaat menulis buku itu banyak buanget, bejibun kalo kata orang Betawi, maka cukup saya sebutin beberapa saja.
Manfaat Menulis Buku
Pertama, dengan menulis buku kita akan mendapatkan pahala dari Allah. Lho, kok bisa? Iya, soalnya kita telah mengajarkan kebaikan (Ingat lho, “kebaikan” bukannya “kejahatan”) kepada orang lain. Sehingga dengan begitu kita akan memperoleh pahala dari Allah. Tentunya dengan syarat kita melakukannya dengan ikhlas karena Allah, bukan semata-mata untuk mengharapkan materi keduniaan (seperti uang, popularitas, dll.).
Apa aja bentuk pahala yang akan kita dapet? Berikut ini diantaranya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
“Segala sesuatu akan memintakan ampunan kepada orang yang mengajarkan kebaikan, bahkan ikan-ikan yang ada di laut pun akan memintakan ampunan baginya” (HR. Ath-Thabrani)
Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam juga bersabda:
”Demi Allah, engkau menyebabkan seseorang mendapatkan hidayah Allah itu lebih baik daripada engkau memiliki unta merah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Unta merah itu adalah harta paling berharga bagi orang Arab tempo dulu. Kalo sekarang mungkin sebanding dengan mobil canggih keluaran terbaru.
Kedua, dengan menulis buku kita akan dapat pahala dobel, yaitu pahala mengajarkan kebaikan dan pahala dari orang yang kita ajarkan kebaikan (lewat buku). Tapi ini tentunya dengan syarat bahwa orang lain yang kita ajarkan lewat buku mau mengamalkan apa yang kita ajarkan itu. Tentang hal ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam juga bersabda:
“Barangsiapa yang menunjuki kepada satu kebaikan, maka dia akan memperoleh pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)
Ketiga, dengan menulis buku kita akan mendapat pahala berantai. Wah, apaan tuh pahala berantai? Begini maksudnya.
Misalnya ada orang yang mendapatkan manfaat dari ilmu yang kita sebarkan lewat buku, kemudian dia mengajarkan ilmu itu kepada orang lain, dan orang lain yang diajarkan itu mengajarkan lagi kepada orang yang lain lagi, dan begitu seterusnya sampai tujuh turunan lebih, maka kita akan mendapatkan pahala dari mereka juga. Bayangkan seandainya jumlah mereka itu ribuan bahkan mungkin jutaan? Subhanalloh! Banyak sekali pahala yang akan kita dapat.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka dia berhak memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi sedikitpun dari pahala mereka.” (HR. Muslim)
Keempat, dengan menulis buku kita akan mendapatkan pahala mengalir. Mengalir ke mana? Ya, mengalir ke kuburan kita ketika kita sudah meninggal dunia. Jadi kita akan tetap mendapatkan pahala lewat buku yang kita tulis itu meskipun kita sudah meninggal dunia. Kenapa bisa seperti itu? Karena orang yang mengajarkan ilmu (kebaikan) kepada orang lain, maka ilmunya itu akan terus membuahkan pahala untuk orang yang mengajarkannya, meskipun orang itu telah meninggal dunia.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
”Jika manusia telah mati, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam juga bersabda:
“Di antara amal dan kebaikan yang dapat menyusul seorang Mukmin setelah ajalnya tiba adalah ilmu yang diajarkan dan disebarluaskan, anak shalih yang ditinggalkan, mushaf yang diwariskan, masjid yang dibangun, atau rumah yang diperuntukkan untuk ibnussabil (orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan), saluran air yang dibangun atau sedekah yang dikeluarkan dari hartanya saat sehat dan hayat masih dikandung badan, (pahalanya) akan mengikutinya hingga setelah meninggal.” (HR. Ibnu Majah)
Coba kamu bayangin seandainya buku karyamu ditaro di perpustakaan umum sekolah atau kampus yang ada di setiap kota dan daerah. Kemudian setiap hari dibaca dan dimanfaatkan oleh banyak orang. Maka, betapa besar pahala yang bakalan kamu dapat. Apalagi jika buku itu tetap dimanfaatkan sampai ribuan tahun, sebagaimana buku-buku yang ditulis oleh para ulama semisal Imam Bukhori, Imam Muslim, dll. Wah, nggak kebayang deh…
Tapi sekali lagi harus kita ingat. Semua ini hanya akan bisa didapat jika tulisan kita memenuhi dua persyaratan. Pertama, buku yang kita tulis isinya bermanfaat, bukan justru merusak dan ngajarin yang nggak bener. Sebab, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda begini:
“Barangsiapa yang mengajak pada kesesatan, maka dia akan menanggung dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim)
Nah, lho! Ngeri banget kan. Orang lain yang berbuat dosa tapi kita kena kecipratan dosanya juga. Kenapa? Sebab kita yang jadi pelopornya. Kita yang ngajarin pertama kali. Makanya kita ikut bertanggung jawab, karena kita telah ikut andil menjerumuskan mereka kepada perbuatan dosa, walaupun secara nggak langsung.
Kemudian syarat yang kedua, niat kita dalam menulis buku itu yang utama ialah demi mengharap ridho dan pahala dari Alloh (ikhlas). Bukannya demi uang, popularitas, dan tetek-bengek keduniaan lainnya.
Namun jangan salah paham, Sobat! Bukan berarti kita nggak boleh ngarepin dapet duit dari menulis buku. Boleh aja. Tapi inget, niat utama ialah demi mendapatkan pahala. Adapun uang, insya Alloh menyusul. Jika aktivitas menulis buku yang kita lakukan memang betul-betul ikhlas, pasti Allah akan memberikan balasan yang terbaik buat kita. Kalo belom dibalas di dunia, pasti akan Alloh balas di akhirat. Jadi nggak usah takut!
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik”. (QS. Al-Israa [17]:19)
Nah, demikianlah manfaat yang bisa kita kita dapet dari menulis buku. Gimana, sudah cukup? Apa....??? Masih belum cukup juga! Oke deh, saya tambahin deh satu lagi.
Kelima, dengan menulis buku kita akan menjadi cerdas. Hayoo...kenapa coba? Kenapa menulis buku bisa bikin kita cerdas? Ayo...ada yang bisa jawab? Ya, coba itu yang angkat tangan. Tahu nggak alasannya, kenapa nulis buku bisa bikin cerdas?
Ya, seratus! Sebab, dengan menulis buku otomatis kita akan terdorong untuk melakukan pengkajian secara lebih mendalam. Misalnya aja kita nulis buku tentang “cara bertanam pohon mangga di kebun”, tentu kita akan mencari banyak referensi untuk kemudian kita baca, kita kaji, dan kita susun dalam bentuk tulisan baru. Dengan begitu wawasan kita akan menjadi bertambah luas.
Saya sendiri mengalami hal ini ketika menulis buku tentang rokok. Saya baru tahu bahwa dari sebatang rokok ternyata mengandung ribuan zat-zat kimia yang sangat berbahaya, seperti: Polonium-201 (bahan radioaktif), acetone (bahan pembuat cat), ammonia (bahan untuk pencuci lantai), napthalene (bahan kapur barus), DDT & arsenic (yang biasa untuk racun serangga), hydrogen cyanida (gas beracun yang lazim digunakan di kamar eksekusi hukuman mati), methanol (bahan bakar roket), cadmium (digunakan untuk accu mobil), vinyil chloride (bahan plastik PVC), phenol bhutane (bahan bakar korek api), carbon monoxide (asap dari knalpot kendaraan), naftalen (kamper), toluene (pelarut industri), dan masih banyak lagi.
Nah, kalau saya nggak nulis buku rokok, bisa jadi saya nggak tahu masalah ini. Oleh karena itu, kalo kamu mau tambah cerdas, ya...nulis buku aja!
Mungkin cukup lima manfaat ini aja yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Gimana sekarang, tertarik untuk menulis buku?
Mmm....tertarik sih. Cumaaa....mmm...cumaaa....
Cuma apa?
Saya kan nggak punya gelar. Saya cuma lulusan SD. Mungkin nggak sih saya bisa menulis buku?
Yee...emangnya kalo nulis buku harus punya gelar dulu. Nggak perlu lagi. Yang penting kita menguasai dan ngerti dengan yang kita tulis, itu aja. Kan udah saya kasih tau tadi bahwa banyak juga penulis buku yang nggak punya gelar. Bahkan lulus SD pun nggak. Berarti kamu masih mending masih lulus SD.
Kalau kamu taunya cuma gimana cara beternak bebek, ya tulis aja buku tentang cara beternak bebek. Kalau kamu taunya cuma gimana cara berdagang somay, ya tulis aja buku tentang gimana caranya berdagang somay. Kalau kamu taunya cuma gimana caranya menanam ganja –eh,nggak boleh ya?- menanam pepaya misalnya, ya tulis aja buku tentang gimana cara menanam pepaya agar bisa berbuah lebat. Kalau kamu tahunya cumaaa.....mmm...aah....kayaknya kamu emang kudu baca buku ini sampai selesai deh, biar kamu yakin kalo menulis buku itu nggak perlu harus nunggu dapet gelar dulu.
Ya udah, lanjutin deh bacanya!
#Dikutip dari buku ”7 LANGKAH PRAKTIS MENULIS BUKU”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar