Laman

Sabtu, 16 Agustus 2025

SEANDAINYA AKU MATI BESOK...

 


✍️ Catatan Akhir Pekan


📒SEANDAINYA AKU MATI BESOK...


 Pada tahun 2008, buku kedua saya terbit. Judulnya "PASPOR KEMATIAN". Diterbitkan oleh PENERBIT CICERO PUBLISHING di JAKARTA. Waktu itu, saya menggunakan nama pena "ABDUL JABBAR".


Awalnya, buku PASPOR KEMATIAN ini saya beri judul ”SEANDAINYA AKU MATI BESOK…..”. Entah kenapa, kemudian pihak penerbit menggantinya dengan "PASPOR KEMATIAN". Mungkin judul ini lebih menjual dari judul yang saya berikan.


💦IDE PENULISAN

Buku ini berisikan renungan-renungan untuk kaum Muslimin agar mau memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam hidup ini sebagai bekal menyambut datangnya kematian.


Ide penulisan buku ini muncul ketika waktu itu saya sering melihat orang2 kurang memanfaatkan waktu yang mereka miliki untuk berbuat amal kebaikan yang berbuah pahala. Misalnya, saat sedang melintasi jalan, sering saya perhatikan para penjaga warung pinggir jalan hanya duduk diam menunggu pembeli. Sebagian lagi ada yang mengisi waktunya dengan melakukan permainan yang tidak membuahkan pahala (seperti: main catur, main domino, dll.).


Hingga kini pun saya masih sering melihat banyak orang yang menggunakan waktu luang untuk hal yang sia2. Ada yang menggunakan waktunya untuk main game di HP, nonton video yang tidak ada nilai pahalanya, dll.


Padahal, kelak mereka akan ditanya tentang nikmat waktu yang telah diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada mereka selama di dunia.


Rasulullah Sallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda:


لاَ تَزُولُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ ؟ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ ؟ وَعن مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ ؟ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ؟ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ


"Tidak akan melangkah dua kaki seorang hamba dari sisi Rabbnya pada hari kiamat nanti hingga dirinya akan ditanya tentang lima hal: tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa dimanfaatkan, tentang hartanya dari mana didapat dan kemana disalurkan dan tentang ilmunya apa yang sudah diamalkan”. (HR. At-Timidzi: Sunan Tirmidzi: 4/612 no: 7846)


Oleh karena itu, Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa Sallam memberi nasihat:


اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ


"Jagalah lima perkara sebelum datangnya lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kemiskinanmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu”. (HR. Al-Hakim: Mustadrok Al-Hakim 4/341 no: 7846)


Sayangnya, banyak manusia yang lalai dengan nikmat waktu ini.


 نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ


“Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”.(HR. Bukhari, no. 5933)


Banyak yang menggunakan waktu luang untuk perbuatan yang sia2 tanpa bernilai pahala sedikitpun.


******


Padahal, mereka punya banyak waktu luang untuk melakukan amal2 kebaikan. Misalnya saja untuk: 


🌹Berdzikir

🌹Membaca al-Qur'an

🌹Menghafal al-Qur'an

🌹Membaca buku2 yang bermanfaat

🌹Mendengarkan ceramah agama

🌹Dll.


Coba misalnya, sambil menunggu pembeli, para penjaga warung itu menggunakan waktu untuk membaca al-Qur'an. Saya yakin, dalam sebulan mereka bisa mengkhatamkan al-Qur'an lebih dari sekali. Insya Allah, hidup mereka jadi lebih berkah.


Atau, mereka gunakan waktu untuk membaca buku2 yang bermanfaat. Insya Allah, dalam waktu sebulan, banyak ilmu yang bisa mereka dapat. Kualitas diri mereka pun akan terus meningkat.


Naah...


Ini yang kemudian memunculkan ide di kepala saya untuk menulis buku ini.


Lewat judul buku, saya ingin menyadarkan mereka:


"Seandainya kita mati besok, apa yang akan kita lakukan sekarang?"


Tentunya, kita akan melakukan banyak kebaikan, bukan?


Naah..


Itu tujuan dari ditulisnya buku ini!


💦PERJALANAN NASKAH

Saya menulis buku ini tidak terlalu lama, sekitar dua mingguan. Selesai saya ketik, kemudian saya baca-baca lagi sambil saya edit. Setelah itu saya layout sendiri. Selesai saya layout, kemudian saya PDF-kan. Kemudian saya kirim ke penerbit.


Awalnya saya pernah mengirim buku ini ke penerbit X. Saya mengirimnya via email. Beberapa minggu kemudian -kalau tidak salah sekitar dua mingguan, kurang lebih- saya mendapat SMS dari pihak penerbit. Mereka menyatakan tertarik untuk menerbitkan buku saya. Setelah berdialog sebentar, akhirnya bentuk kerjasama yang disepakati berupa royalti 5 % (dari harga buku dipasaran), dan royalti tahap awal akan diberikan enam bulan kedepan. Untuk selanjutnya diberikan setiap empat bulan. Pihak penerbit mengatakan akan memberikan uang depe sebesar satu juta setelah MoU ditandatangani.


Setelah itu, saya menunggu-nunggu datangnya MoU ke alamat tempat tinggal saya. Tapi hingga bermingu-minggu, bahkan hampir 2 bulanan menunggu, MoU tak kunjung datang. Saya pun kemudian mengkonfirmasi pihak penerbit. Dan perkiraan saya benar. Pihak penerbit batal menerbitkan naskah saya. Mereka mengucapkan permohonan maaf karena telah membuat saya menunggu-nunggu. Beberapa hari kemudian, datanglah sepucuk surat ke alamat tempat tinggal saya. Isinya begini:


***


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Semoga Allah ’Azza wajalla senantiasa melimpahkan rahmad dan karunia-Nya kepada kita, amin.


Kami atas nama Redaksi Pustaka X, sebelumnya mengucapkan jazakumullahu khairan katsiran atas partisipasi saudara dalam pengiriman naskah kepada kami (Pustaka X) beberapa waktu yang lalu.


Hasil dari musyawarah team redaksi pada tanggal 14 Juni 2008, setelah membaca dan mengkaji beberapa naskah yang saudara ajukan kepada redaksi X, dengan beberapa pertimbangan dan alasan-alasan, maka kami memutuskan. Bahwa naskah atau karya saudara belum dan atau kurang memenuhi karakter baik isi (kualitas) maupun jumlah halaman dari sebuah buku yang kami harapkan, sehingga kami belum dapat menerbitkan naskah-naskah saudara.


Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, semoga menjadi masukan yang positif, besar harapan kami jangan pernah patah semangat untuk berkarya dan beramal. Mudah-mudahan Allah ’Azza wajalla memberi hikmah dan hidayah kepada kita, amin.


Jazakumullahu khairan katsiran.


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


*****


Demikian isi surat yang saya terima. 


Sedih? 


Yaa…jelas sedih. Tapi mau gimana lagi...😭


Beberapa hari kemudian, setelah mendapat kabar naskah saya dibatalkan, saya langsung mengirim ke penerbit Y yang berada di Jakarta. Saya mengirimnya via email. Ternyata, tidak sampai seminggu saya langsung ditelpon pihak penerbit. Mereka menyatakan tertarik untuk menerbitkan naskah saya. Tidak berapa lama, saya sudah melakukan penandatanganan MoU dan cover buku saya sudah terpampang di situs penerbit itu. Kemudian tepat tanggal 1 Ramadhan 1429 H/1 September 2008,  saya mendapat kabar dari pihak penerbit bahwa katanya buku saya telah selesai dicetak. Dan kini, buku saya itu sudah beredar di seluruh Indonesia. Oleh penerbit judulnya diganti menjadi ”PASPOR KEMATIAN”.


*****


💦MENGINSPIRASI

Ketika buku saya ini terbit, beberapa saya hadiahkan ke orang-orang dekat. Diantaranya kepada bibi saya. Komentar beliau setelah membaca buku ini, ”Jadi kepingin nangis membacanya…..”. Sepertinya beliau terharu membaca sebuah cerita yang saya bawakan di dalam buku ini.


Beberapa tahun lamanya buku PASPOR KEMATIAN ini beredar di seluruh indonesia lewat perantaraan toko buku GRAMEDIA & GUNUNG AGUNG. Sekitar 3000 eksemplar buku yang beredar. Saya sendiri sempat melihat buku saya ini dipajang di rak buku GRAMEDIA di Bogor dan Jakarta. Bahkan di toko buku GUNUNG AGUNG daerah Bogor, buku saya ini dipajang tepat di depan kasir yang menunjukkan bahwa buku saya ini cukup menarik menurut mereka.


Hingga akhirnya, saya mendapat telpon dari penerbit buku CICERO PUBLISHING. Mereka memutuskan untuk mengembalikan hak penerbitan buku PASPOR KEMATIAN kepada saya. Dan saya mendapatkan kiriman paket berisi sekitar 50-an buku PASPOR KEMATIAN yang masih tersisa.


Jadi, buku PASPOR KEMATIAN sekarang sudah tidak tersedia lagi di pasaran. Tinggal tersisa beberapa buku yang ada pada saya. 


Demikian.


Semoga cerita ini bermanfaat.


✍️ Sukakarya Bekasi, Sabtu 16 Agustus 2025

@MuhammadMujianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar