Laman

Minggu, 03 Agustus 2025

HASSAN DAN BURUNG TEKUKUR

 


✍️ Catatan Akhir Pekan


📒HASSAN DAN BURUNG TEKUKUR


(Seputar Pendidikan Anak)


Ada cerita menarik yang saya dapat dari sebuah buku. Bukunya tipis, hanya beberapa halaman. Masih berbahasa Arab. Judulnya "Hassan wal Yamamah" (Arti: Hassan dan Burung Tekukur).


Kurang lebih, begini ceritanya...


Ada seorang anak kecil bernama Hassan. Dia sudah yatim sejak kecil. Kedua orang tuanya meninggal ketika dia masih menyusui. Kemudian, dia dirawat oleh pamannya yang bernama Syaikh Imran. Karena saking dekatnya, Hassan biasa memanggil Syaikh Imran dengan sebutan "Ayah".


Bersama Syaikh Imran, Hassan dididik dengan baik. Syaikh Imran mengajarinya ilmu2 agama, semisal membaca Al-Qur'an dan menghafalnya. Beliau juga mengajarkan Hassan cara membaca, menulis dan berhitung (calistung), juga ilmu2 yang bermanfaat lainnya.


Suatu hari, Hassan mendatangi Syaikh Imran. Diapun berkata:


"Wahai Ayah, selama ini, engkau telah mendidik dan mengajariku ilmu dengan baik. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasmu dengan kebaikan....".


Hassan kemudian melanjutkan ucapannya:


"Sekarang aku sudah besar. Aku ingin bekerja, karena bekerja adalah termasuk ibadah. Harta yang telah engkau berikan kepadaku, kelak akan habis. Adapun pekerjaan, akan menjadi senjataku dalam menjalani kehidupan..."


"Engkau benar, wahai anakku," ucap Syaikh Imran, "Namun, engkau harus tahu dulu, apa pekerjaan yang cocok untuk engkau lakukan?"


*****


Kemudian, malam harinya, Hassan mulai berfikir mencari pekerjaan yang kira2 cocok untuk dirinya. Selama ini, dia tidak diajarkan keahlian khusus, semisal pertukangan dan pandai besi. Badannya pun kecil, sehingga tidak sanggup melakukan pekerjaan berat.


Akhirnya, dia pun menemukan solusi. Dia merasa dirinya pandai di ilmu hitungan. 


Keesokan harinya, Hassan menemui Syaikh Imran kembali. Lalu, Syaikh Imran mengutus Hassan ke tempat kawannya seorang pedagang. Lokasinya jauh. Hassan pun berangkat ke sana sendirian.


Saat di perjalanan, Hassan merasa lelah. Diapun memutuskan untuk istirahat di sebuah rumah kosong.


Saat sedang duduk istirahat, Hassan melihat ada seekor burung tekukur besar yang bertengger di jendela rumah kosong. Dia perhatikan burung itu. Kemudian, dia berniat untuk menangkapnya.


Saat Hassan mulai bergerak mendekati burung itu, dia lihat burung itu diam saja. Burung itu tidak begerak sama sekali. Setelah diperhatikan lebih teliti, ternyata burung itu buta kedua matanya.


Hassan tidak jadi menangkapnya. Dia duduk diam memperhatikan burung buta itu.


"Subhanallah, siapa yang memberi burung buta itu makan? Bagaimana dia bisa hidup sendirian di tempat ini," ucap Hassan dalam hati.


Tiba2, datang burung tekukur yang lain. Burung itu berdiri di hadapan burung tekukur buta. Burung tekukur buta pun membuka mulutnya, kemudian burung yang datang itu mengeluarkan biji gandum dan memasukannya ke mulut burung tekukur buta.


"Subhanallah, Allah Maha Memberi rezeki", ucap Hasan dalam hati.


Melihat hal itu, Hassan pun memutuskan untuk kembali ke rumah Syaikh Imran. Dia ingin menceritakan kisah ini ke Syaikh Imran.


Terpikir di benaknya:


❓Untuk apa aku meninggalkan negeri tempat aku tinggal?


❓Untuk apa aku harus bekerja? 


❗Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan rezeki ke pada burung buta itu, maka tentu Allah juga akan memberikan rezeki kepadaku, meskipun aku berada di rumah tanpa harus bekerja! 


*****


Mendengar cerita Hassan, Syaikh Imran pun tersenyum. Syaikh Imran pun berkata kepadanya:


"Wahai anakku, benar sekali bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi rezeki tanpa batas dan tanpa bekerja. Tapi, untuk siapa? Untuk orang yang lemah yang tak sanggup untuk bekerja. Adapun orang yang kuat, maka dia harus bekerja supaya memperoleh rezeki".


Kemudian, Syaikh Imran memberi nasihat kepada Hassan:


"Engkau, wahai anakku, memilih menjadi seperti burung yang buta. Kenapa engkau tidak memilik menjadi seperti burung yang melihat, yang dia semangat menempuh perjalanan jauh untuk mencari rezeki untuk dirinya dan untuk membantu orang lain? Lupakah engkau dengan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam:


مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ


“Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang lebih baik dari hasil usaha tangannya (sendiri), dan sungguh Nabi Dawud ‘alaihis salam makan dari hasil usaha tangannya (sendiri)”. (HR. Al-Bukhari: 1966)


*****


Setelah mendengar nasihat Syaikh Imran, Hassan pun kembali membawa tasnya. Diapun berkata kepada Syaikh Imran:


"Engkau benar, wahai Ayah, selagi aku masih diberi kemampuan dan kekuatan, penglihatan dan pendengaran, maka aku diberi beban untuk bekerja untuk mencukupi diriku dan membantu orang lain."


Hassan melanjutkan ucapannya:


"Dengan izin Allah, aku ingin menjadi seperti burung tekukur yang melihat itu" ✊


SELESAI


*****


💦 MEMETIK PELAJARAN

Kisah ini kemungkinan besar fiksi alias tidak nyata. Tapi, sangat mungkin terjadi di dunia nyata. 


Ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kisah ini. Berikut ini diantaranya:


1️⃣ Hendaknya para orang tua mendidik anaknya dengan baik. Ajarkan ilmu2 yang menjadi bekal bagi mereka kelak di kemudian hari. Supaya nanti mereka bisa hidup mandiri. Bisa hidup dari hasil jerih payah sendiri.


Misalnya, orang tua bisa mengajarkan ilmu2 dasar yang akan terus digunakan si anak dalam mencari kerja. Misalnya, ilmu cara membaca, menulis dan berhitung (calistung). 


Ilmu ini sangat mungkin diajarkan orang tua, sebelum mereka masuk ke dunia sekolah. Dan ilmu ini akan terus mereka gunakan hingga nanti mereka dewasa dan masuk dunia kerja.


Kemudian, untuk keluarga Muslim, sebisa mungkin orang tua sendiri yang mengajarkan amal2 ibadah yang akan dipraktikan anak seumur hidup mereka. Bahkan sampai mereka mati. Misalnya, ilmu tentang shalat dan membaca al-Qur'an. Termasuk mengajarkan anak membaca surat al-Fatihah dengan baik dan benar. Sebab, surat al-Fatihah ini akan mereka baca seumur hidup mereka. Terutama dalam shalat mereka.


Banyak pahala yang kelak akan diperoleh oleh orang tua yang mengajarkan ilmu2 ini. Bahkan pahala itu akan terus mengalir meskipun orang tua telah tiada. 


Rasululullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:


مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ


“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim: 1893)


Selagi anak masih mengamalkan ilmu yang diajarkan orang tua, maka orang tua akan terus mendapatkan transferan  pahala.


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:


إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ


“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim: 1631)


Maka, janganlah para orang tua menyia2kan kesempatan ini. Ajarkan ilmu2 yang bermanfaat kepada anak sebanyak mungkin.


2️⃣ Hendaknya para orang tua membimbing anak2 mereka agar tetap berada di atas jalan yang lurus. Jangan sampai mereka salah langkah.


Bimbing mereka untuk mengambil idola dengan benar. Jangan sampai mereka salah mengambil teladan. 


Sebab, pengaruh idola ini sangat penting. Kalau anak mengidolakan orang baik, maka dia akan terdorong menjadi baik. Kalau anak mengidolakan orang yang tidak benar, maka dia akan terdorong untuk berbuat tidak benar juga.


Seperti kisah Hassan tadi. Kalau dia mencontoh burung buta, maka mungkin dia akan hidup bermalas2an. Tidak mau bekerja. Hanya diam menunggu rezeki datang kepadanya.


Tapi, ketika dia mencontoh burung yang memberi makanan, dia akan terdorong untuk giat bekerja. Sebab, dia punya niat mulia, yaitu bekerja untuk membantu sesama.


Kalau dalam Islam, kita disuruh untuk meneladani Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan orang2 shalih lainnya.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا


"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan Dia banyak menyebut Allah".  (QS. Al-Ahzab [33]: 21)


Demikian kurang lebih pelajaran yang bisa kita ambil. Semoga bermanfaat dan menginspirasi.


Wallahu a'lam.


✍️ Perumahan Bukit Asri Ciomas Bogor, Ahad 3 Agustus 2025

@MuhammadMujianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar