Laman

Rabu, 28 September 2022

KENAPA ALLAH MENGGUNAKAN KATA GANTI "KAMI"???

 


D
HOMIR TA’ZHIM


Diantara gaya bahasa Arab, orang Arab biasa menggunakan dhomir jamak untuk menunjukan makna pengagungan. Misalnya, seorang arsitek telah membangun sebuah istana yang sangat megah. Maka, untuk maksud membanggakan diri, dia bisa berkata:


Kamilah yang telah membangun istana ini!

(Maksudnya: dia)

نَحْنُ بَنَيْنَا هَذَا الْقَصْرَ


Atau, seorang pemimpin negara berkata:


نَحْنُ – أَمِيْرَ الْبِلَادِ – أَمَرْنَا بِكَذَا وَكَذَا

Kami - Pemimpin negara – memerintahkan begini dan begitu!


Kemudian, al-Qur’an turun dengan bahasa Arab. Gaya bahasa inipun digunakan dalam al-Qur’an.


Tekadang, kita dapati Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan dhomir jamak untuk menyebut diri-Nya.


إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata” (QS. Al-Fath [48]: 1)

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]: 9)


Ayat ini bukan menunjukan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu berbilang. Tapi, digunakan dhomir jamak untuk menunjukan makna pengagungan. Orang Arab sudah paham dengan hal ini.


Adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Esa, tidak berbilang.


قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

“Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.”

(QS. Al-Ikhlas [112]: 1)

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

(QS. Al-Baqarah [2]: 163)


Contoh lain dari dhomir ta’zhim ini bisa dilihat dalam surat Yusuf ayat 3.


نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَٰذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.”

(QS. Yusuf [12]: 3)


Pada ayat ini digunakan dhomir ta’zhim untuk menunjukan:


  • Keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai pemilik kisah

  • Keagungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai penyampai kisah

  • Keagungan kisah itu sendiri dengan disebut sebagai “Kisah terbaik”

  • Keagungan tokoh dalam kisah, yaitu Nabi Yusuf (Putra Nabi Ya’qub putra Nabi Ishaq putra Nabi Ibrahim ‘alaihimus salam)



CATATAN:

Pembahasan rinci tentang dhomir bisa dibaca di buku MENGENAL DHOMIR LEBIH DEKAT. Dapatkan bukunya di SINI atau di SINI

#Dikutip dari buku 26 CATATAN BAHASA ARAB. Dapatkan bukunya di SINI.





1 komentar: