BAB 42
KABARNAS 3 (5)
Setahu saya dulu, keterampilan bahasa yang fokus diajarkan di pondok-pondok pesantren adalah keterampilan membaca. Percakapan tidak terlalu ditekankan. Makanya tidak heran kalau banyak lulusan pesantren tidak lancar ngomong Arab. Padahal baca kitabnya jago.
Kasusnya mirip dengan bahasa Inggris di sekolah-sekolah. Bertahun-tahun siswa belajar bahasa Inggris, dari SMP hingga SMA. Bahkan di kampus pun belajar. Namun, sedikit yang bisa lancar ngomong Inggris. Kebanyakannya tidak bisa.
Kenapa ini bisa terjadi?
Kalau menurut saya, karena memang target utama belajarnya bukan untuk lancar percakapan. Tapi, supaya lancar membaca dan memahami bahan bacaan. Ituh!
Lalu, bagaimana dengan Darul Lughah Al-Arabiyyah?
Darul Lughah beda dengan tempat belajar bahasa Arab pada umumnya. Mereka lebih menekankan di kemahiran berbicara. Target utamanya, siswa yang belajar di Darul Lughah bisa lancar bicara bahasa Arab.
Metode belajar yang digunakan pun berbeda. Kalau umumnya tempat belajar bahasa Arab menggunakan metode terjemah, Darul Lughah tidak demikian. Para pengajarnya menggunakan “Metode Mubasyaroh” saat mengajar.
Apa itu “Metode Mubasyaroh”?
Metode mubasyaroh artinya metode langsung. Jadi, materi bahasa Arab dijelaskan langsung dengan bahasa Arab. Tidak dengan bahasa lainnya, kecuali kalau betul-betul terpaksa.
Misalnya, guru ingin menjelaskan kata “بَيْتٌ” yang artinya "rumah". Maka, dijelaskan dulu dengan kalimat. Misalnya:
نَحْنُ نَسْكُنُ مَعَ الْأُسْرَةِ فِي الْبَيْتِ، نَنَامُ فِيْهِ وَنَأْكُلُ فِيْهِ
“Kita tinggal bersama keluarga di rumah, kita tidur di dalamnya, kita makan di dalamnya.... Dst... Dst...”
Kosakata bahasa Arab dijelaskan dengan bahasa Arab juga hingga siswa paham artinya. Kalau belum paham juga, bisa dijelaskan dengan gerakan, gambar, dll. Intinya, sebisa mungkin, siswa hanya menggunakan bahasa Arab, tidak bahasa yang lain.
Untuk melatih keberanian bicara, terkadang peserta diminta untuk bicara di depan kelas satu persatu. Tentunya bicara dengan bahasa Arab. Sesekali diadakan juga drama dan diskusi menggunakan bahasa Arab.
*****
Bagi saya yang sudah bisa baca kitab, metode ini sangatlah cocok. Kemahiran mendengar saya jadi semakin terasah. Dan perlu kita ketahui, kamahiran mendengar ini adalah diantara modal penting untuk bisa belajar kemahiran berbicara.
Kita bisa lihat anak bayi. Sebelum belajar bicara, dia belajar mendengar dulu. Apa yang dia dengar, maka itulah yang kemudian dia tiru dan ucapkan.
Makanya saran saya, bagi kita yang ingin lancar percakapan bahasa Arab, maka rajin-rajinlah mendengarkan orang Arab ngomong. Cara praktis belajar kemahiran mendengar sudah saya sampaikan pada cerita-cerita sebelumnya.
*****
Alhamdulillah, saya sangat menikmati pelatihan ini. Saya paham dengan mudah apa yang diucapkan guru di kelas.
Sebelum KABARNAS, saya sudah sering menyimak audio dan video berbahasa Arab. Saya sering nonton film-film kartun berbahasa Arab. Yang kurang dari saya di praktik percapakannya. Makanya, saya sangat tertarik ikut KABARNAS. Harapannya, setelah 60 hari, saya bisa lancar bicara bahasa Arab.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar