📒 KISAH PENGALAMAN HIDUP: AKU & BAHASA ARAB (32)
✍️ KABARNAS 3 (1)
Dari empat kemahiran bahasa, menurut saya, kemahiran bebicara yang paling berat dipelajari secara otodidak. Jangankan kita yang belajarnya sendiri dirumah, yang lulusan pondok pesantren saja belum tentu lancar ngomong Arabnya.
Untuk bisa lancar ngomong bahasa Arab, cara paling efektif adalah tinggal di lingkungan yang berbahasa Arab. Misalnya, tinggal di negara Arab. Atau paling tidak, kita setiap hari punya teman yang bisa diajak ngomong bahasa Arab.
Intinya, belajar percakapan harus punya teman. Belajarnya harus bersama orang lain. Tidak bisa sendirian. Kecuali kalau kita cuma ingin ngelancarin lidah ngomong Arab, bisa sendirian. Ngomong saja sendiri di depan cermin setiap hari!
Dari awal saya belajar bahasa Arab, selalunya fokus di kemahiran membaca. Targetnya bisa baca kitab. Pernah sebentar belajar muhadatsah, namun saya anggap itu selingan saja.
Makanya, meskipun sudah bisa baca kitab gundul, bahasa Arab saya pasif. Kalau dengar orang Arab ngomong saya ngerti. Tapi, giliran diajak bicara, susah untuk merespon dengan cepat.
Karena sulit untuk dipelajari secara mandiri, makanya saya sering memberi masukan kepada teman2 yang baru belajar bahasa Arab untuk fokus belajar kemahiran membaca saja. Sebab, selain mudah untuk dipelajari secara mandiri, sarana belajarnya banyak, manfaatnya pun lebih terasa. Sebab bisa kita pakai untuk memperbagus ibadah keseharian, seperti: shalat, zikir, do'a, dan tilawah al-Qur'an.
Beda dengan kemahiran berbicara. Di kelas mungkin kita bisa ngomong Arab. Tapi di rumah? Di lingkungan? Siapa yang mau ngomong bahasa Arab dengan kita? Ustadz lulusan timur tengah saja banyak yang ngomongnya pakai bahasa Indonesia.
Namun, saya tetap punya keinginan untuk bisa lancar ngomong bahasa Arab. Kadang saya latihan sendiri di depan cermin. Kadang sambil naik motor, saya ceritakan apa yang ada di depan saya menggunakan bahasa Arab.
Baru segitu usaha saya untuk bisa bahasa Arab. Belum terlalu serius dan semangat untuk mencari teman yang bisa diajak belajar bersama.
*****
Waktu itu, sebelum pandemi, saya punya jadwal rutin mengajar bahasa Arab di lingkungan kampus IPB Dramaga Bogor. Saya mengajar atas permintaan kawan2 mahasiswa yang tinggal di Pondok Prestasi. Belajarnya setiap Sabtu, dari sekitar jam 8.00 sampai menjelang Zuhur. Pesertanya ada yang dari luar kampus, tidak hanya mahasiswa IPB.
Suatu hari, ada seorang pelajar ikut di majelis saya. Namanya Reza. Tinggalnya tidak jauh dari rumah saya. Dia dulu pernah ikut kursus bahasa Arab yang saya adakan di sebuah lembaga bimbingan belajar. Karena sibuk sekolah, dia pun tidak belajar sampai selesai.
Dia mendatangi saya. Kita pun ngobrol2 santai. Waktu itu, dia selalu menggunakan bahasa Arab saat bicara.
Nah, setelah cerita cukup panjang lebar, dari dialah kemudian saya mengenal KABARNAS.
Bersambung...
@MuhammadMujianto
👇BACA CERITA LAINNYA DI👇
https://kitabfahimna.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar