✍️ BUKU TERJEMAHAN
Banyak hal yang patut kita syukuri di zaman sekarang ini. Diantaranya kehadiran buku-buku terjemahan.
Alhamdulillah, sekarang banyak muncul buku-buku Islam terjemahan yang sangat bermanfaat. Khususnya bagi kita yang belum bisa bahasa Arab.
Kalau saya tidak salah ingat,
mulai maraknya buku-buku Islam terjemahan itu sekitar tahun 2000-an ke atas. Dan kualitas terjemahannya pun semakin ke sini semakin bagus. Penerbit juga semakin selektif dalam menerbitkan naskah. Nggak asal terbit.Beda dengan dahulu. Biasanya dari penerjemah, buku langsung diedit bahasa dan di-layout, kemudian dicetak. Kalau sekarang, sepertinya banyak penerbit yang melakukan seleksi ketat terhadap buku terjemahannya. Dari penerjemah, buku dikirim dulu ke editor ahli (biasanya ustadz yang bergelar Lc). Setelah itu baru ke editor bahasa agar lebih enak dibacanya. Baru kemudian di-layout dan naik cetak.
Walaupun sudah dilakukan seleksi ketat, namun terkadang masih ada saja ditemui kesalahan. Dan ini tentu saja wajar. Namanya juga buatan manusia, tentu tidak ada yang sempurna.Namun paling tidak, dengan adanya seleksi ketat ini, kesalahan lebih bisa diminimalisir.
Dahulu, ketika saya awal-awal belajar bahasa Arab, saya sering mengamati buku-buku terjemahan. Iseng-iseng saya coba edit sambil coba mempraktikkan kaidah Nahwu-Shorof yang sudah saya pelajari. Biasanya saya coba cek teks hadits dan terjemahannya.
Ternyata, saya sering menjumpai kesalahan. Bahkan ada yang sampai puluhan. Kebanyakannya salah penulisah harokat hadits. Padahal, buku itu sudah melewati editor ahli terlebih dahulu.
Waktu saya kerja sebagai editor bahasa di sebuah penerbit buku Islam di Bogor, saya juga sering menjumpai kesalahan terjemah. Terkadang, ada terjemahan yang harus saya rombak total. Dugaan kuat saya, penerjemah tidak baca-baca lagi hasil terjemahannya. Setelah dia terjemah, naskah langsung diprint dan dikirim ke penerbit.
Pernah juga, saat mengedit sebuah buku, saya cocokan naskah terjemahan dengan buku yg sudah terbit lebih dulu dengan judul asli yang sama. Dan pernah saya jumpai, buku terjemahan yang lebih dulu terbit itu banyak yg keliru. Terjenahannya banyak yang nggak pas.
Namun saya tidak kaget. Sebab, penerbit dari buku terjemahan itu sudah dikenal orang tentang kualitas terjemahannya.
Tapi memang....
Tugas penerjemah itu nggak mudah. Disamping dia harus faham bahasa Arab, dia juga harus faham isi buku yang diterjemahkan. Dan dia harus bisa menyusun kalimat bahasa Indonesia yang mudah difahami.
Kemudian, dia juga harus sabar. Setelah terjemahan jadi, dia mestinya tidak langsung kirim naskah ke penerbit. Mestinya dia baca-baca lagi. Kalau dianya saja nggak ngerti, gimana nanti orang lain yang baca. Kasihan editor ahlinya nanti. Bisa pusing bacanya!
Saya saja dulu, waktu lagi semangat-semangatnya berlatih menerjemahkan, kadang naskah terjemahan harus saya baca berkali-kali sebelum saya kirim ke penerbit. Bahkan seingat saya, ada yang sampai lebih dari 10 kali saya baca bolak-balik.
Oya, ini pengalaman saya juga nih...
Pernah saya jadi asisten editor ahli yang lulusan Universitas Islam Madinah. Beliau mudir pondok pesantren di Bogor, deket Kampus IPB. Waktu saya bantu bacakan naskah yang akan beliau edit, beliaunya pusing. Saya juga pusing, karena bahasanya sulit difahami. Akhirnya naskah itu dibatalkan.
Nah..
Dari semua ini kita bisa mengambil beberapa pelajaran berikut:
1. Hendaknya kita selektif dalam memilih buku-buku terjemahan. Pilihlah yang berasal dari penerbit yang amanah dan profesional.
2. Hendaknya kita tidak mencukupkan diri dengan buku terjemahan. Kalau ada kemampuan, kita coba juga baca buku aslinya yang berbahasa Arab.
3. Kalau saat ini kita sedang belajar bahasa Arab, coba juga praktikkan kaidah yang sudah kita pelajari. Kita coba kritisi tulisan Arab yang ada di buku terjemahan. Kalau ada kesalahan, kita bisa menulis surat ke penerbit untuk memberi masukan. Dan alhamdulillah, saya pernah melakukan hal ini.
Terakhir, ada seorang ustadz yang pernah memberi nasihat tentang kriteria buku terjemahan yang bagus. Diantaranya:
1. Penerjemahnya faham bahasa Arab dan faham isi buku. Misalnya, buku tentang hadits hendaknya diterjemahkan oleh ustadz lulusan fakultas hadits atau yang ngerti ilmu hadits.
2. Terjemahan diedit isinya oleh editor ahli, yaitu orang yang berkompeten di bidangnya.
3. Bahasa buku terjemahan diedit oleh orang yang pandai menyusun kata, agar enak dibaca dan mudab difahami.
Demikian.
Semoga bermanfaat.
✍️ Muhammad Mujianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar