Laman

Selasa, 01 Februari 2022

KISAH PENGALAMAN HIDUP: AKU & BAHASA ARAB (14)

 📒 KISAH PENGALAMAN  HIDUP: AKU & BAHASA ARAB (14)



✍️ INSTITUT AL-MUBAROK


Seorang ustadz pernah berkata di hadapan para jama'ahnya.


"Kalau mau bisa bahasa Arab, ya mondok, setahun dua tahun...".


Ya, menurut saya juga, ini adalah cara yang paling efektif dalam belajar bahasa Arab. Insya Allah, kalau kita serius dan sungguh-sungguh belajarnya, lulus dari pondok kita akan bisa bahasa Arab. 


Namun,

tidak semua orang punya kesempatan dan kemampuan untuk bisa mondok. Apalagi orang yang sudah punya rutinitas harian yang berat untuk ditinggalkan, seperti bekerja mencari nafkah untuk keluarga atau kuliah di kampus umum.


Ketika memasuki tingkat tiga kuliah, saya sempat juga merasakan kuliah di tempat lain. Saya sempat kuliah bahasa Arab di "Institut Al-Mubarok". Lokasinya di Jakarta Barat.  Institut ini didirikan oleh Al- Ustadz KH. Bukhori Yusuf, Lc., M.A.


Ceritanya waktu itu, sekitar tahun 2000-an, saya mendapat kabar bahwa di masjid kampung tempat bapak saya biasa shalat Jum'at, didirikan sebuah kampus baru. Namanya Institut Al-Mubarak. Program belajar yang diadakan diantaranya bahasa Arab. Lama pendidikannya saya lupa, apakah setahun atau dua  tahun.


Waktu itu, yang menjadi admin pendaftaran mahasiswa barunya adalah kawan saya. Atau lebih tepatnya murobbi saya. Setelah tanya2 ke beliau, saya pun tertarik untuk mendaftar.


Dalam sepekan belajarnya dua kali petemuan. Pertemuan pertama hari Sabtu malam ba'da Maghrib, dan pertemuan kedua hari Ahad sekitar jam 10 pagi. Materi yang diajarkan ada dua: Kaidah dan muhadatsah (percakapan). 


Berarti waktu itu, saya angkatan pertama di situ. Mahasiswanya belum terlalu banyak, dan hanya ada satu kelas. 


Aktifitas belajar saya waktu itu, Senin-Jum'at kuliah di IPB Bogor. Kemudian Jum'at malam atau Sabtu pagi, saya pulang ke Jakarta untuk belajar bahasa Arab di Institut Al-Mubarak. Ahad siangnya, saya kembali lagi ke Bogor.


Saya hanya bertahan beberapa pekan saja belajarnya. Sebab, saya menilai, pelajarannya sangat dasar. Sementara saya inginnya belajar materi tingkat lanjutan. 


Ditambah lagi, saya merasa kurang efektif kalau dalam sepekan hanya dua kali pertemuan. Kemudian, ongkos pulang-pergi dari Jakarta ke Bogor lumayan besar juga.


Maka, saya putuskan untuk berhenti belajar di Institut al-Mubarak. Saya lebih memilih untuk melanjutkan belajar bahasa Arab sendiri secara mandiri.


Saya tidak tahu, apakah pembelajaran di Institut Al-Mubarak angkatan pertama bisa selesai. Yang jelas, institut ini sekarang sudah tidak ada. 


Bersambung...


@MuhammadMujianto

2 komentar: