Laman

Senin, 31 Januari 2022

KISAH PENGALAMAN HIDUP: AKU & BAHASA ARAB (9)

 📒 KISAH PENGALAMAN  HIDUP: AKU & BAHASA ARAB (9)



✍️ BERTEMU BUKU SAKTI (2)


Selesai acara pesantren kilat di Bogor, saya pulang ke rumah orang tua saya di Jakarta. Saya coba pelajari buku2 yang sudah saya bawa. Termasuk buku Kitabut Tashrif.


Saat saya buka halaman awal buku Kitabut Tashrif, saya lihat tulisannya arab semua. Tapi, setelah saya cermati, ternyata Arabnya itu tidak murni bahasa Arab. Maksudnya, tulisannya pakai huruf hijaiyyah, tapi  kata yang dimaksud adalah kata Indonesia. Ada yang bilang ini adalah Arab Melayu atau Arab Pegon.


Misalnya seperti ini:


هي توهن

Wahai Tuhan


اكو برشكر


Aku bersyukur


Setelah coba saya baca2,  ternyata bahasanya mudah dipahami. Dan setelah saya baca lebih jauh, saya pun bergumam dalam hati:


"Nah, ini dia yang mestinya saya pelajari! Mestinya saya belajar tashrifan dulu agar bisa mengenal pola2 kata yang beraneka ragam...".


Pantas saja selama ini saya kesulitan untuk membaca tulisan arab gundul, padahal saya sudah belajar ilmu Nahwu. Ternyata karena saya belum belajar ilmu Shorof. Sehingga saya tidak mengenal pola2 kata yang beragam. 


Misalnya saja fi'il madhi. Saya tidak tahu kalau ternyata fi'il madhi memiliki 19 pola dasar. Kemudian, dari 19 pola dasar ini bisa dikembangkan lagi menjadi berbagai bentuk pola.


Kalau dalam ilmu Shorof,  kita diajarkan berbagai bentuk kata lengkap dengan harokatnya dari awal sampai akhir. Beda dengan ilmu Nahwu. Pembahasannya fokus pada perubahan harokat akhir kata. 


Misalnya ada kata:


يعلّم المعلّمون


Kalau kita sudah hafal tashrifan, maka kita bisa membaca kedua kata ini dengan mudah. Kalau kita tidak tahu harokat akhirnya, maka bisa kita sukunkan, sama seperti ketika kita baca ayat al-Qur'an dengan diwaqofkan.


Kita baca begini:


يُعَلِّمْ اَلْمُعَلِّمْ


Kita sukunkan akhir katanya.


Tapi beda kalau kita hanya belajar ilmu Nahwu. Dari awal, kita sudah kesulitan membaca sebuah kata. Sebab banyak kemungkinan. Bisa dhommah, fathah, kasroh, atau sukun.


Misalnya:


يَُِْعَُِلَُِْمَُِْ


Naah...


Susah, kan?


Saya pun kemudian berusaha untuk mempelajari buku Kitabut Tashrif hingga selesai. Saya coba hapalkan semua tashrifan yang ada di buku Kitabut Tashrif. Sebagiannya, ada yang saya hafalkan lewat tulisan. 


Saya tulis tashrifan sebanyak-banyaknya di selembar kertas, sambil saya belajar khat riq'ah. Contoh khot riq'ah saya ambil dari buku Fighul Lughah. 



Sebenarnya, buku Fighul Lughah membahas huruf ma'ani beserta contoh2 dan variasi maknanya, dan juga beberapa tashrifan. Namun diselingi juga cara menulis dengan khat riq'ah. Ada beberapa contoh penulisan khot riq'ah yang diberikan di sana.


*****


Alhamdulillah, setelah saya pelajari buku Kitabut Tashrif dari awal hingga akhir, saya menjadi tercerahkan. Kemampuan bahasa Arab saya semakin meningkat pesat. Saya semakin mudah membaca tulisan bahasa Arab tanpa harokat.


Karena begitu bermanfaat & berartinya buku ini bagi saya, maka kemudian saya juluki buku ini dengan "BUKU SAKTI". Buku ini telah menyadarkan saya bahwa betapa pentingnya ilmu Shorof bagi pelajar pemula yang ingin bisa baca kitab gundul. Tidak cukup hanya belajar ilmu Nahwu.


Insya Allah, buku Kitabut Tashrif ini bisa dipelajari sendiri kalau mau. Saya sudah mencobanya. Namun, kalau belum punya dasar ilmu Shorof sama sekali, butuh perjuangan dalam proses memahaminya.


Untuk memudahkan para pemula dalam mempelajari buku Kitabut Tashrif, saya sudah menyusun buku dua jilid. Judulnya "BELAJAR TASHRIFAN". 


Insya Allah, kalau kita sudah selesai mempelajari dua buku ini, buku Kitabut Tashrif bisa kita pelajari dengan mudah. 


Tidak percaya?


Silakan dicoba!


Bersambung...



@MuhammadMujianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar